Reformasi pada tahun 1998 yang dibarengi dengan runtuhnya pemerintahan Orde Baru, menyebabkan terjadi perubahan besar-besaran di Indonesia. Masyarakat seakan terbebas dari cengkraman penguasa Orde Baru yang mengekang mereka. “siga kuda lepas tina gedogan”, pribahasa inilah yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan masyarakat pada waktu itu.
Runtuhnya pemerintahan Orde Baru juga berpengaruh terhadap system pemilu. Hal itu sangat nampak dari jumlah partai peserta pemilu, yang pada masa Orde Baru pemilu hanya diikuti beberapa partai saja, setelah runtuhnya pemerintahan Orde Baru jumlah partai peserta pemilu semakin banyak. Keadaan tersebut dimanfaatkan pula oleh para tokoh Islam di Indonesia untuk mendirikan partai-partai yang berideologikan Islam. Tujuan utama mereka mendirikan partai tersebut tiada lain untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan Islam (katanya). Hingga banyak partai baru yang berideologi Islam ikut serta dalam pemilu.
Entah mereka sadari atau tidak, penomena ini justru akan lebih mempersulit perjuangan mereka, karena kekuatan umat Islam akan terpetak-petak dan akan sulit disatukan. Hal ini telah terbukti pada pemilu-pemilu, baik pemilihan walikota, bupati dan gubernur, partai-partai Islam ini bukannya bersatu (berkoalisi) untuk mengusung pemimpin yang sama, justru mereka malah bersaing dan berkoalisi dengan partai-partai yang lain (tidak berideologikan Islam) meskipun dibeberapa daerah ada juga partai-partai Islam yang berkoalisi. Yang lebih ironisnya lagi, dalam salah satu acara televisi swasta yang memperdebatkan antara dua partai Islam yang cukup ternama dan diwakili oleh tokoh-tokoh partai tersebut. Ada sebuah kejadian yang sangat mengherankan sekaligus menyedihkan, yaitu ketika salah seorang tokoh dari salah satu partai yang berdebat tersebut ditanya tentang kenapa kedua partai tersebut tidak bersatu saja padahal keduanya sama-sama ingin memperjuangkan kepentingan Islam. Dengan santai orang itu menjawab silahkan saja kalau partai bapak mau bergabung dengan partai kami. Sebuah jawaban yang ‘lucu’ dan tidak layak dikatakan oleh seseorang yang menjadi tokoh sebuah partai yang mengaku berideologi Islam. Maka dari jawaban tersebut akan muncul sebuah pertanyaan “Haruskah kita menunggu orang lain bergabung dengan kita untuk menghimpun kekuatan yang besar dan melaksanakan perjuangan bersama-sama?“ Inilah pertanyaan yang harus mereka jawab.
Sebenarnya kalaulah mereka benar-benar ingin memperjuangkan kepentingan Islam melalui partai, kenapa harus berdiri banyak partai Islam? padahal hal itu sudah jelas hanya akan mempersulit perjuangan mereka. Kita sebagai umat Islam perlu mempertanyakan kembali kepada partai-partai Islam tersebut, apakah mereka benar-benar ingin memperjuangkan kepentingan Islam, atau mungkin mereka hanya ingin memperjuangkan kepentingan mereka dengan mengatasnamakan Islam, karena Islam merupakan agama mayoritas bagi penduduk Indonesia sehingga akan lebih mempermudah tercapainya tujuan mereka.
Hal ini menuntut kita sebagai umat Islam yang sebentar lagi akan memilih orang yang akan mewakili dan sekaligus menjadi pemimpin kita agar lebih teliti dan cerdas dalam menentukan pilihan kita. Wallahu a’lam……
Best Inbox-Created by: Ihsan H
Partai Islam : Antara Kepentingan Islam dan Kepentingan Pribadi
Written By blogsmartcampz on May 29, 2009 | 3:13:00 PM
Labels:
Main Article,
Politik
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !