tag:blogger.com,1999:blog-59466477550077425882024-02-21T07:45:20.656+08:00SMART CAMPZSmart Magazine in Campz (STKIP)blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.comBlogger144125tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-60168796325958191522011-12-27T22:32:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.762+08:00AISH, Sesaat Setelah BIMAK OUTDOOR 2010Terjatuh aku pada sebuah lubang gelap dan dalam. Pengap kurasa saat bernafas, dan tak ada secercah pun cahaya. Kudengar langkah kaki mendekati lubang, semakin dekat dan semakin cepat, hendak ia lompati lubang, namun ia tak bisa dan terjerembab…bertemu denganku. Pemilik langkah kaki itu, dia…sosok yang kukenal. Dia tampak amat lelah karena telah berlalu cukup kencang nan jauh tanpa bnerhenti, wajahnya bercucuran keringat, jantungnya berdegup kencang, namun senyumnya amat manis dan mulai menggatikan kepengapan nafasku.<br/><br/>Ia tak lontarkan sepatah katapun, tak jua ia menatap lama, hanya saja aku semakin bertanya-tanya dan berujar soal “ kenapa kau?.” Ia hanya duduk termangu menikmati hembusan nafasnya yang semakin normal. Aku tak dapat menahan rasa penasaran, kubertanya “ Aish, kau benar Aish yang dulu kukenal kan?.” Dia hanya tersenyum, aku yakin dia yang selama ini selalu ganggu tidurku, mengusik bunga malamku dan melengkapi setiap imajinasiku.<br/><br/>Lama waktu mempertemukan kami, Aish pun mulai bercakap. Ia bercerita tentang perjalanan yang selama ini dia tempuh. Kadang ia tertawa saat celoteh kecil kulontarkan. Kadang ia menangis saat masa lalunya mengganggu obrolan. Aku teriris saat ia menangis, entah kenapa. Di lubang ini aku mulai mengenal lebih jauh sosoknya, ia pun mulai melepaskan beban hati yang selama ini ia pikul. Kepengapanku mulai terganti dengan senyum manisnya. Walau ia tak seputih awan, walau ia tak secemerlang bulan, tapi jejak warnanya yang agak gelap bersinar saat aku memandangnya dan tak jemu aku melihatnya.<br/><br/>Suatu waktu ia mengeluh tentang kehidupan padaku. Ia hamper putus asa dan tak ingin hidup lama. Aku hanya dapat menemani dan memberinya petuah amatir. Sekejap mata tertutup, ia mulai bangkit dan menapaki lagi harinya. Kadang aku yang mengeluh tentang kehidupan, aku sempat menangis dfi hadapannya, aku malu namun itulah aku, tak dapat menahan air mata setetespun saat hatiku mulai terganggu dan remuk. Ia tersenyum, tak berani ia menyentuhku dengan tangannya apalagi memelukku dengan perawakannya yang tegap. Ia lontarkan petuah, suatu petuah yang amat menghujam di hatiku dank ala itu aku mulai tersenyum. Kucoba lagi jalani kehidupan yang berliku, karena ia yang semangati aku kala itu.<br/><br/>Terjerembab di lubang yang sama dalam jangka waktu yang lumayan lama, saling berbagi cerita, saling memberi semangat dan petuah kebaikan, aku dan Aish di sana. Setahap lagi kami dapat keluar dari lubang ini. Sejam lagi kami dapat benar-benar menghirup udara. Sebentar masa lagi, kami dapat menapaki indahnya alam bersama. Namun tak kuduga, sosok lain mulai mencengkram tanganku. Aku mengenalnya, ia yang selalu buatku nyaman dan tertawa. Ia mulai membawaku pergi dari lubang ini. Hanya aku yang ia bawa, Aish…Aish sendirian. Aku tak berdaya tuk tetap di samping Aish dan menolak sosok itu. Aku hanya dapat mengikuti sosok itu tanpa berpamit pulang pada Aish. Malangnya Aish dan kejamnya aku. Aku pergi bersama sosok itu tanpa melihat Aish. Aish hanya tersenyum, tak berujar Tanya, kata bahkan sekedar huruf.<br/><br/>Lama waktu menjelang, sosok itu mulai menjadi gemintang di hatiku. Gemintang amat menyenangkan walau terkadang torehkan kekesalan. Aku bahagia, aku tertawa namun terkadang aku masih mengenang indahnya Aish dalam imajinasiku. Hingga Aish terluka, aku masih sempat menangis untuknya. Aish mungkin kan hidup dalam imajinasi indah. Walau raganya tak termiliki namun Aish kan selalu indah sebagai sahabatku.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-23678416646495611512011-06-06T23:47:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.743+08:00Cara Bakar Kalori untuk Orang yang Tak Punya Banyak WaktuUntuk menurunkan berat badan, orang perlu membakar kalori lebih banyak ketimbang kalori yang dimasukkan ke dalam tubuh. Tapi kebanyakan orang tak punya waktu untuk melakukannya. Lantas bagaimana caranya membakar kalori dengan sedikit waktu?<br/><br/>Jadwal yang padat dan kesibukan kerja membuat orang tak punya cukup waktu untuk berolahraga dan membakar kalori. Tapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membakar kalori dengan waktu sedikit.<br/><br/>Berikut beberapa cara <a name='more'></a>yang dapat dilakukan untuk membakar kalori dengan sedikit waktu, seperti dilansir Lifemojo, Senin (6/6/2011):<br/><br/><strong>1. Makan sedikit tapi sering</strong><br/>Makan dengan porsi kecil dan bergizi tiap 3 sampai 4 jam akan menjaga metabolisme berjalan lancar dan efisien, yang pada gilirannya membantu tubuh untuk membakar kalori lebih banyak.<br/><br/><strong>2. Jangan melewatkan waktu sarapan</strong><br/>Jangan pernah melewatkan waktu sarapan bila Anda tak ingin gemuk. Semakin pagi Anda makan, maka semakin pagi juga tubuh untuk mulai membakar kalori. Tapi jangan lupa untuk memilih sarapan yang sehat.<br/><br/><strong>3. Mengurangi suhu</strong><br/>Suhu yang dingin dapat membuat tubuh mengeluarkan lebih banyak energi untuk menjadi hangat, yang pada gilirannya membuat tubuh membakar lebih banyak kalori.<br/><br/><strong>4. Makan pedas</strong><br/>Makan makanan yang pedas dapat membantu mempercepat metabolisme lebih cepat. Cabai secara alami mengandung bahan kimia dan senyawa yang disebut Capsaicin, yang dapat meningkatkan proses pembakaran lemak dalam tubuh. Tapi perlu diperhatikan juga apakah perut Anda sensitif dengan makanan pedas.<br/><br/>5. Makan lebih banyak protein<br/>Makan protein pada setiap kali makan dan sebagai bagian dari camilan akan meningkatkan jumlah kalori yang Anda bakar setiap hari. Makan protein juga membantu untuk mencegah hilangnya otot saat diet.<br/><br/><strong>6. Mengayunkan tangan saat berjalan</strong><br/>Ini mungkin tampak sepele, tapi mengayunkan tangan saat berjalan dapat membantu membakar kalori sekitar 5-10 persen. Mengayunkan tangan saat berjalan juga melibatkan banyak otot sehingga bisa menjadi latihan aerobik yang sederhana.<br/><br/>Sumber : detikHealthblogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-32015531363919609242009-11-18T02:12:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.724+08:00Presma BEM STKIP Persis 2009-2010Kami segenal crew Smart Magazine STKIP Persis mengucapkan selamat kepada Meiki Muttaqin atas terpilihnya sebagai Presma BEM STKIP Persis angkatan 2009-2010.<br/><br/>Semoga dapat menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Amien!blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-744298882479613172009-11-15T19:49:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.710+08:00Timnas U-19 Tampil Garang Hadapi Australia<img class="alignleft size-full wp-image-203" style="margin-right: 8px;" title="timnas-u-19" src="http://smart.stkip-persis.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/timnas-u-19.jpg" alt="timnas-u-19" width="203" height="150" />Stadion Jalak Harupat, Soreang Bandung menjadi saksi gagahnya timnas muda ini saat tampil menghadapi Australia. Meski hasil akhir imbang 0:0 namun tim garuda muda ini mampu menunjukkan performance terbaiknya, hal ini terlihat pada awal babak pertama hingga pertandingan berakhir dengan skor kacamata tersebut.<br/><br/>Hujan deras pun tak tertahankan memberikan pernghargaan atas performance mereka garda bangsa yang belum genap berusia 19 dan tersingkir pada piala Asia U-19 ini. Meski demikian tim muda ini patut diberikan acungan jempol karena memberikan penampilan yang cemerlang tak pantang menyerah.<br/><br/>Berikut nama-nama kedua skuad Tim yang bertanding sore itu:<a name='more'></a><br/><p style="padding-left: 30px;"><strong>Timnas Indonesia U-19:</strong></p><br/><p style="padding-left: 30px;">Tri Windu; Ferdiansyah, Prashetio, Ma Zainal Haq, Tuasalamony; Firmansyah, Abdul Rahman Lestaluhu, Yerciho (Ohorella '90); Syamsir Alam (Munawar'78), Alan Martha (R.Awaludin'85).</p><br/><p style="padding-left: 30px;"><strong>Timnas Australia U-19:</strong></p><br/><p style="padding-left: 30px;">Mark B; Jason Davidson, Rhyan Grant, James Robert (Thomas Oar'52), Ben Kantarovski; Daniel Bowles, Kerem Bulut; Joshua McFey (Duke Danning), Brendan H, C.Bush; Jared Lum (Peter Lustica'58).</p><br/><br/>Timnas Indonesia U-19 ini mampu menahan permainan cepat yang diperagakan Timnas Australia U-19, bahkan Timnas Indonesia memberikan tekanan yang sangat berarti bagi jantung pertahanan Australia, meski pada menit ke-6 Australia mendapat peluang emas namun masih bisa dimentahkan oleh kipper Timnas Indonesia Tri Windu Anggono.<br/><br/>Indonesia memiliki peluang pertama lewat kaki Abdul Rahman Lestaluhu bernomor punggung 7 dari tengah kotak penalti hasil umpang lambung Syamsir Alam dari sayap kiri, namun tembajan Lestaluhu ditepis oleh penjaga gawang The Socceroos Mark Birighitti.<br/><br/>Pemain Australia yang sering melakukan tarikan kaos pemain Indonesia ini berhadiah 2 kartu kuning oleh wasit dari Iraq.<br/><br/>Australia banyak membangun serangan dari sayap kiri, adalah James Robert Virgilli yang menjadi komando serangan Australia, namun permainan cantik pemain belakang Indonesa Alfin Ismail Tuasalamony mampu menggagalkan serangan The Socceroos meski memiliki jangkauan yang cukup panjang.<br/><br/>Sepertiga babak pertama ini, tercatat Indonesia mendapat peluang sebanyak tiga kali, begitu juga dengan Australia. Namun, Australia nyaris memimpin pada menit ke-16 setelah Virgilli melepas tembakan keras di sisi kiri luar kotak penalti. Penjaga agwang Anggono tak dapat mengahalu tendangan lambung itu. Untungnya, bola masih membentur tiang atas gawang.<br/><br/>Alan Martha kembali mendapat peluang emas pada menit ke-21 setelah menerima umpan lambung dari Yerikho Christiantoko yang bergerak di sisi tengah. Alan beroperasi di kanan berhasil melepaskan diri dari penjagaan bek Australia. Tembakan itu dihalau Birighitti sambil melompat.<br/><br/>Australia banyak menurunkan pemain yang jarang dipasang pada partai-partai sebelumnya . Adapun langganan pemain inti seperti Nikola Stanojevic, Duke kofi Appiah Danning, dan Sam Justin Gallagher dibangkucadangkan pelatih Johannes Versleijen.<br/><br/>Pada babak kedua, Indonesia masih mencoba lebih banyak menekan. Martha sempat mendapat dua peluang emas di babak kedua. Namun, dia kurang sempurna menyelesaikannya, hingga akhirnya Indonesia dipaksa terlempar.<br/><br/>Meski Timnas usia 19 ini tampil gagah dan gemilang namun hasil akhir tetap kacamata dan hal ini menyebabkan Indonesia harus tersingkir di Piasa Asia U-19.<br/><br/>Namun begitu terlihat banyak pemain-pemain U-19 yang sangat berbakat dan menjadi bibit untuk Timnas Indonesia di hari esok. Semoga tim sepakbola Indonesia menemui awal kebangkitannya!blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-89682614592702459102009-11-12T22:04:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.674+08:00Anti Virus Kaspersky untuk Laptop Mac Anda<img class="alignleft size-medium wp-image-196" title="Antivurs Kapersky for Mac" src="http://smart.stkip-persis.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/Antivurs-Kapersky-for-Mac-241x300.jpg" alt="Antivurs Kapersky for Mac" width="137" height="171" />Virus setiap harinya terus dikembangkan oleh para "Cyber Crime" meski tujuannya berbeda-beda, ada yang hanya merusak namun ada juga virus sebagai penguji OS (operating system) sebelum launching ke pasaran. Ada yang tersedia Anti Virusnya namuan banyak juga yang tidak mempunyai anti virus.<br/><br/>Para pengguna komputer Macintosh mungkin bisa menepuk dada membanggakan bahwa laptop Mac tidak mungkin dimasuki virus? Benarkah? Memang para pengguna Macinstosh sepertinya tidak pernah berpikir bahwa komputer atau laptopnya bisa terserang virus. "Tidak pernah" bukan berarti "tidak akan" kan? Virus dalam bentuk spyware ataupun <a name='more'></a>malware akan senantiasa mengincar setiap OS, apalagi pada beberapa waktu yang lalu hacker Rusia pernah mengumumkan sayembara berhadiah ratusan ribu dollar bagi hacker yang bisa menyusupi virus pada komputer Mac.<br/><br/>Laptop Mac memang tidak punya perlindungan karena disinyalir tahan terhadap serangan berbagai jenis virus apapun, namun ibarat gerbang yang terbuka siapa saja bisa masuk tak terkecualiinfeksi virus yang berbahaya.<br/><br/>Bagi Anda pengguna laptop Mac tidak usah khawatir, Kaspersky Lab minggu ini telah mengumumkan anti virus baru yang akan melindungi laptop macintosh Anda dari serangan virus, spyware, maupun malware. Anti Virus untuk Mac dari Kaspersky ini dapat melindungi Mac dari serangan worm, Trojan Mac OS dan mencegah ancaman serupa terhadap Windows dan Linux. Kaspersky anti virus untuk Mac telah khusus dirancang untuk semua veri OS Mac, mulai dari OS 10.4.11.<br/><br/>Persyaratan teknis penggunaan Anti Virus Kaspersky untuk Mac adalah prosesor Intel, RAM terbawah 512 MB, hardisk 80 GB hingga terdapat space yang cukup. Anti Virus Kaspersky untuk Mac dapat Anda beli di <a title="Kaspersky Lab" href="http://www.kaspersky.com/" target="_blank">situs resmi Kaspersky</a> seharga $59,95 sekitar 600 ribu untuk satu Mac dan satu tahun.<br/><br/>Jangan coba mencari Anti Virus Kaspersky Gratis atau Free Kaspersky Anti Virus karena mungkin malah didalamnya terdapat Virus lain.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-40584001839094031072009-11-11T22:41:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.646+08:00Pelihara Jantung Anda dengan Buah Persimmon<img class="alignleft size-full wp-image-190" style="margin-right: 8px;" title="Buah-Persimmon" src="http://smart.stkip-persis.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/Buah-Persimmon.jpg" alt="Buah-Persimmon" width="186" height="140" />Reuters Health Newyork melaporkan penelitian perbandingan antara buah Apel dengan Buah Persimmon, hasilnya buah Persimmon yang berwarna oranye kemerahan tersebut dinilai lebih baik daripada buah Apel dalam memelihara kesehatan Jantung.<br/><br/>Selama ini kita mengenal slogan "An apple a day keep doctor away" tampaknya kini slogan tersebut akan tergantikan dengan hasil riset Reuters Health akan kasiat buah Persimmon.<br/><br/>Menurut hasil penelitian tersebut buah ini mengandung serat dua kali lebih <a name='more'></a>banyak daripada buah Apel. Nutrisi seperti sodium, potasium, magnesium, kalsium, mangan serta zat besi lengkap terkandung dalam buah ini dan ditambah fenolik sebagai antioksidan yang ampuh untuk menangkal radikal bebas.<br/><br/>Dunia kesehatan mengenal radikal bebas sebagai virus yang mengganggu metabolisme tubuh terutama dapat mengakibatkan perubahan DNA dan memicu berbagai penyakit termasuk penyakit jantung.<br/><br/>Para peneliti merekomendasikan untuk memakan buah Persimmon berukuran sedang (100 gram) sehari untuk mencegah penyumbatan pembuluh arteri.<br/><br/>Buah persimmon memiliki rasa yang manis dan banyak tumbuh di dataran China, Jepang, Korea, Brazil dan Israel. Namun ternyata buah Persimmon pun tumbuh liar di USA. Hanya saja masih asing untuk masyarakat Indonesia.<br/><br/>Bagaimana jika kita mau membeli buah Persimmon ini? Biasanya pasar swalayan dan restorant yang menyajikan masakan Jepang buah ini pun tersedia, hanya saja jarang ditemui dan tergantung musimnya. Layaknya musim buah mangga dan buah rambutan, buah persimmon pun ada musimnya.*<br/><br/><em>*Raisa, diadaptasi dari kompas</em>.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-4475819372439974942009-11-11T19:33:00.000+08:002012-07-31T20:42:36.633+08:00Hari Terakhir CPNS Kota BandungRabu ini (11/11/2009) merupakan hari terakhir bagi Anda yang akan mengirim berkas <a href="http://smart.stkip-persis.ac.id/tag/cpns/">CPNS</a> (Calon Pegawai Negeri Sipil) Kota Bandung dengan kuota sebanyak 268 orang yang merupakan Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 80.P/M.PAN/9/2009 Tanggal 7 September 2009 dan Keputusan Walikota Bandung Nomor 810/Kep.881-BKD/2009 tanggal 26 Oktober 2009, penerimaan CPNS formasi tahun 2009 adalah sebanyak 268 orang. Demikian yang kami kutip dari DetikBandung.<br/><br/>268 tersebut terbagi pada 121 tenaga guru, 115 tenaga kesehatan dan 32 tenaga teknis. Bagi Anda yang sudah melengkapi<a name='more'></a> berkas CPNS, hari ini (Rabu) merupakan hari terakhir surat lamaran untuk mengikuti seleksi harus sudah diterima oleh Pemkot Bandung dengan cap Pos dengan <a href="http://smart.stkip-persis.ac.id/tag/alamat-surat-cpns-pemkot-bandung/">alamat surat penerimaan berkas CPNS kota Bandung</a> di PO BOX 199 PEMKOT BANDUNG 40111.<br/><br/>Menurut pantauan DetikBandung setidaknya lebih dari 100 orang mengantri di empat loket yang disediakan oleh kantor Pos Bandung jalan Asia Afrika untuk melayani mereka yang akan mengirimkan berkas CPNS.<br/><br/>Loket kantor Pos yang disediakan diantaranya loket 17, 18, 19 dan loket 20. Dan harga pengiriman berkas CPNS sebesar Rp15.000 tanpa perangko balasan.<br/><br/>Nah, bagi Anda yang akan mengirimkan segera datangi kantor Pos Bandung sebelum pukul 18.00 WIB.<br/><br/>Semoga beruntung!blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-68803524741099834302009-11-01T18:35:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.424+08:00(Ta’ziyyah) Al-Ustadz Drs. Shiddiq Amien, MBA Meninggal Dunia<h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Segenap Krue Smart Magazine STKIP Persis</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Menyampaikan do’a ta’ziyah atas wafatnya:</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #ff6600;">Al-Ustadz Drs. Shiddiq Amien, MBA</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #ff6600;">(Ketua Umum PP. Persatuan Islam)</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Pada hari Sabtu, 31 Oktober 2009 M di RS. Al-Islam, Bandung</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Dalam usia 54 tahun</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #339966;">Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan oleh Allah swt, dan semua jama’ah yang ditinggalkan bisa meneruskan perjuangan beliau.</span></h2><br/><h2 style="text-align: center;"><span style="color: #ff6600;">Bandung, 1 November 2009 M</span></h2><br/><span style="color: #ff6600;"><br/></span>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-16212906768392687042009-10-26T20:30:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.409+08:00A Cup of TeaMahasiswa jurusan bahasa dan sejarah terjangkit penyakit Gapkom, betulkah? Saya yakin dan Anda pun pasti sependapat, baik komunikasi verbal maupun non verbal adalah "a cup of tea"nya mahasiswa yang bergelut dengan bahasa dan sejarah.<br/><br/>Secangkir teh, dingin ataupun hangat, manis ataupun tidak yang penting masih dalam porsi yang wajar, pasti menimbulkan kenikmatan yang tiada tara.<br/><br/>"A cup of tea" kiranya sudah menjadi sebuah <a name='more'></a>istilah dan kita pasti sudah mengerti maksud dari ungkapan tersebut.<br/><br/>Adalah dia yang sudah memutuska untuk mendalami serta menyelami dunia bahasa dan sejarah yang akan menerima cap seorang intelektual yang pandai berkomunikasi. Dan itu merupakan sebuah penghargaan yang secara otomatis orang berikan terkait dengan bidang ilmu yang tengah digeluti.<br/><br/>Tak heran jika dua bidang ilmu ini berada di deretan teratas dalam ilmu sosial. Maka dengan predikat tersebut sudah sewajarnya kita persiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan diberikan masyarakat. Jangan sampai mereka menganggap kita sebagai mahasiswa gagap<br/><br/>Nah seperti itulah <a href="http://smart.stkip-persis.ac.id/">Smart</a> readers kira-kira topik yang akan kami ulas pada edisi kali ini. Kami harap sedikit banyak dapat memberikan "Pencerahan" bagi kita semua.<br/><br/><a href="http://smart.stkip-persis.ac.id/">Smart</a> edisi cetak benomor VIII/Syawal 1430/Oktober 2009 dapat Anda dapatkan di sekretariat <a href="http://smart.stkip-persis.ac.id/">Smart</a> di kampus STKIP.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-34096975602065713712009-10-25T18:57:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.392+08:00Successful PeopleThere is not people who do not want to be successfull people. Certainly, really really no one. Because, every body want to be successful people. We, as a Muslim, has a real model man that can be imitated his “ways to be successful. He is our prophet, Muhammad. He is a real successful people. He is success as a man, family’s leader, and as a goverment’s leader. Not only Muslim confess his successfull but also non Muslim. There are three “ways” which Prophet Muhammad has to be successful people. They are knowledge, mobility, and large public relation.<br/><br/>The first thing that prophet Muhammad has of his successfull is his loving of knowledge. Though, he can not read and write, he always keep loving <a name='more'></a>knowledge. Even, oneday someone ask him, ‘how to reach happyness of this life and ‘next real life’?” then he answered that if we want to reach happyness of this life, next real life, and both of those are by having knowledge. So, having knowledge is a must for us who want to be a successful people.<br/><br/>The second thing that prophet Muhammad has of his successful is having high mobility. If we attent to Muhammad’s life since he child, we will know that this man has a high mobility in his life. In his twelve years old, he was be trader. He traded to Syria with his uncle. He did not depended on other people to guarrante his life. He always kept fighting. In his twenty five years old, he was be adult man who was ready financially and mentally. Actually, his life was for struggle. He did something, and he has never been silent. So, mobility is also a must to have to be success.<br/><br/>The third is large public relation. We can not deny that prophet Muhammad has a great influence. Actually, his influence is related to his abilty to take relationship to other people. He respect and love other. He always perspected to people he met that they was important, he did not underestimate people. Every body was so important. So, people loved him, and they was enjoy to met him. And actually, it made his relation has been large.<br/><br/>Those all are three reason why prophet Muhammad be a successful people. knowledge, mobility, and public relation. Yup, The great things that can we imitate to be successfull people.<br/><br/>By:Nella Nurlaela (EED of STKIP, smt 5)blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-22783021415412396652009-10-24T18:55:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.376+08:00Dukung Kontes SEO Positif Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di PandeglangArtikel ini merupakan dukungan kontes SEO <strong><a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a></strong> yang merupakan kontes SEO positif untuk mengangkat industri pariwisata daerah di Indonesia. Semoga daerah lain pun memiliki anak bangsa yang concern terhadap perkembangan industri pariwisatanya dengan cara yang mungkin tidak sama dengan yang dilakukan komunitas anak bangsa kabupaten Pandeglang Banten.<br/><br/>Selain konte SEO bertema objek wisata ini banyak juga kontes blog yang beraroma SEO yang notabene membutuhkan keterampilan di bidang optimasi mesin pencari khususnya mesin pencari Google yang banyak dijadikan acuan untuk penilaian sebuah kontes SEO. SEO sendiri kepanjangan dari <a name='more'></a>Search Engine Optimization atau optimasi mesin pencari, dimana setiap peserta harus berada di halaman pertama atau 10 besar untuk memenangkan kontes tersebut.<br/><br/>Nah, kontes SEO <strong><a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a></strong> salah satu diantaranya. Kontes tersebut tidak hanya diikuti oleh para master dibidang internet marketing namun juga blogger-blogger pendatang baru pun tidak mau kalah menunjukkan kebolehannya dalam optimasi mesin pencari dengan kata lain berlomba untuk mengalahkan Google atau berlomba untuk "dicintai" Google.<br/><br/>Smart STKIP sangat mendukung kontes positif ini, apalagi tema yang diperlombakan pun terbilang sangat positif untuk mengangkat industri pariwisata nasional khususnya daerah. Semoga semakin bertaburan kontes-kontes serupa dengan tetap mengusung nilai-nilai positif untuk kemajuan nasional.<br/><br/>Mari bersama kita dukung dan mari bersama kita <strong><a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a></strong>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-45345469113461588722009-10-17T21:37:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.151+08:00Yang TerlupakanSebuah kebanggaan tersendiri pada zaman yang dianggap modern ini jika apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang dilakukan orang-orang di barat sana dan ketika tidak sesuai dianggap lah tidak modern dan ketinggalan zaman. Hari ini bukan sedikit sesuatu yang datang dari barat dan seolah-olah hal tersebut modern tanpa tahu maksud dan kenapa hal tersebut ditirunya.<br/><br/>Secara teknologi kita akui bahwa barat lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan Negara kita dan hal itulah yang seharusnya kita tiru untuk kemajuan bangsa (berfikir modern) dengan tidak melupakan identitas kita sebagai orang timur, namun yang banyak ditiru oleh anak bangsa hari ini bukan dari segi kemajuan teknologinya tetapi lebih kepada gaya hidup (Life style) mulai dari cara berpakaian yang sudah<a name='more'></a> hampir melupakan ketimurannya bahkan melupakan aturan agama yang telah dianutnya, pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang dulu benar-benar sangat sacral tapi hari ini semuanya telah berubah dan menjadi sesuatu yang lumrah bahkan dianggap ketinggalan zaman jika tidak berfikir dan bertindak seperti mereka.<br/><br/>Sesuatu yang datang dari barat tidak harus kita tolak secara mentah-mentah namun kita lah yang harus punya filter untuk menyaring kembali mana yang memang termasuk modernisasi yaitu untuk kemajuan bangsa dan mana yang termasuk westernisasi yang lebih condong kebarat dan melupakan identitas ketimuran kita. Karena jika kita kaji ternyata barat mempunyai visi yang sangat keji terhadap bangsa kita khususnya umat Islam namun mereka mampu membungkus dengan baik visi keji mereka sehingga sulit untuk diketahui bahkan banyak ulama yang ikut serta tehadap visi mereka entah ketidak tahuan mereka ataukah mempunyai visi yang sama seperti mereka.<br/><br/>Lalu apa sebenarnya yang harus kita lakukan dengan keadaan yang tidak bisa kita halangi kedatangannya? diantara modernisasi dan westernisasi ternyata masih ada Islamisasi yang kadang hal itu dilupakan tetapi selalu menjadi solusi dan benteng. Dalam menyikapi perkembangan zaman seperti sekarang ini Islam adalah satu-satunya yang mampu menjadi solusi untuk keluar dari gejala westernisasi paling tidak mencegah hal tersebut sehingga umat tidak terlalu tergila-gila dengan sesuatu yang datang dari barat karena Islam pun ternyata lebih modern, tinggal kita sejauh mana kita mampu menterjemahkan Islam dalam sosialitas sehari-hari dan membentengi diri dari sesuatu yang ternyata bukan suatu ke moderenan tetapi lebih ke westernisasi (kebarat-baratan).blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-25121834652260886932009-10-16T21:24:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.129+08:00Masyarakat kitabBukan hal aneh ketika dalam kajian ataupun perkumpulan-pekumpulan umat islam yang menjadi objek perbincangan adalah islam itu sendiri beserta sendi-sendi yang ada didalamnya dari mulai aqidah sampai mauamalah bahkan bisa dikatakan begitu sempurnanya Islam sampai-sampai seolah tidak ada celah untuk timbulnya kritik dari kubu umat islam itu, padahal orang mengatakan bahwa "kritik adalah sesuatu yang akan membangun" namun hal itu tidak berlaku untuk islam dan ideologinya.<br/><br/>Hal tersebut tidak bisa disalahkan karena memang ideology itu dibangun tidak sembarangan tetapi berdasarkan kekuatan dalil yang langsung dari pencipta Islam itu, seperti dalam surat <a name='more'></a>Ali Imran ayat 3 “Hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan Aku ridho Islam menjadi agama kalian”.<br/><br/>Berdasarkan ayat itulah seolah kritik tertutup untuk Islam, dan tidak bisa dipungkiri bahwa diri kita pun merasakan hal itu. Islam adalah agama social dengan kata lain hadirnya Islam adalah untuk kemaslahatan umat mulai dari awal turunnya sampai nanti hari kiamat.<br/><br/>Hadirnya Rasul adalah untuk menterjemahkan (mensosialkan) maksud-maksud Allah terhadap umatnya dan dengan bimbingan Allah serta kesabaran diri Rasul akhirnya Islam pada saat itu berhasil disosialkan dan dengan hal itu tercipat masyarakat kitab yang hidup berdasarkan aturan-aturan islam.<br/><br/>Rasul begitu sempurna menterjemahkan Islam dalam kehidupan sehari-hari bahkan untuk mempermudah umatnya beliau membantu dengan hadits-hadits yang sampai saat ini masih kita baca dan diperbincangkan. Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa hari ini kesempurnaan Islam hanya menjadi perbincangan dan tidak sedikit orang yang tahu tentang Islam sampai sendi-sendinya tetapi hal itu hanya menjadi perbincangan semata, dan mereka adalah ahli kitab (pengkaji kitab).blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-81169438467981514992009-10-15T21:17:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.112+08:00Perhatian Allah Terhadap SejarahKetika Allah menciptakan manusia segalanya berdasarkan ketentuan dan aturan dari-Nya. Jika kita hitung sudah berapa banyak manusia yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini? Mungkin tidak akan pernah terhitung, jangankan dari manusia pertama (Adam) manusia yang masih hidup saja akan sulit sekali untuk di hitung.<br/><br/>Dan dari sekian banyak ciptaan-Nya itu tidak akan pernah ada satu pun yang sama meski ada yang di katagorikan kembar pasti selalu ada bedanya, bukan hanya dari bentuk fisik atau pun tabiat manusia itu yang berbeda bahkan pengalaman hidup manusia pun dari dulu sampai <a name='more'></a>sekarang dan mungkin sampai hari akhir pun tidak akan pernah sama dan semua itu karena menandakan bahwa betapa besarnya kekuasaan Allah.<br/><br/>Dari beribu bahkan berjuta manusia yang lebih dahulu Allah ciptakan ada pula berjuta pelajaran yang Allah titipkan dari mereka untuk kita, tinggal kita kembalikan kepada manusia hari ini sejauh manakah manusia itu bisa mengambil pelajaran dari masa lalu untuk hari ini bahkan untuk masa depan, padahal Allah pun telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk melihat sesuatu yang telah berlalu dari mereka, seperti dalam Q.S Al-Hasr ayat 18:<br/><blockquote>“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.</blockquote><br/>Dengan ayat itu sudah jelas bahwa Allah swt begitu memperhatikan bahkan memperingatkan manusia khususnya orang yang beriman untuk memperhatikan pengalaman dirinya serta pengalaman orang lain untuk di jadikan pedoman dalam melangkah agar bisa menjadi yang lebih baik dari orang-orang terdahulu.<br/><br/>Dalam Al-Quran, Allah pun banyak mengisahkan dan mengupas sejarah orang-orang terdahulu baik yang hidup pada zaman Nabi Muhammad mau pun sebelum beliau. Dan dengan itu menandakan begitu berharganya sejarah di sisi Allah.<br/><br/>By: History 5th smtblogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-72244570229231095762009-10-12T17:51:00.000+08:002012-07-31T20:42:32.088+08:00Meluruskan Arti EmansipasiSiti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah Azzahra, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, adalah deretan nama – nama wanita muslimah yang berprestasi pada zamannya masing – masing. Walaupun begitu, keprestasian mereka tak menjadikan mereka lupa akan kodrat mereka sebagai wanita muslimah.<br/><br/>Siti Khadijah dan Siti Aisyah tetap menjadi istri teladan bagi Rasulullah. Fatimah tetap menjadi anak yang berbakti pada ayah dan isteri yang telaten bagi Ali, suaminya. Pun, dengan Helvy dan Asma yang berperan sesuai dengan kewanitaannya. Hal ini berbeda dengan pandangan kebanyakan orang sekarang. Menurut mereka, <a name='more'></a>wanita disebut berprestasi jika mereka mampu menyamakan kedudukannya dengan laki – laki. Ya, itulah, yang kemudian kita kenal dengan istilah emansipasi.<br/><br/>Adalah salah jika kita berangapan bahwa Islam menjadi penghambat perkembangan wanita. Justru sebaliknya, jika kita tengok pada masa jahiliyah, wanita hanya dipandang sebelah mata. Wanita hanya dijadikan pemuas nafsu [maaf] seksual. Tidak lebih. Beda halnya ketika Islam datang. Citra wanita menjadi lebih baik. Wanita begitu sangat dihargai. Tak heran, muncullah tokoh – tokoh muslimah berprestasi, seperti sederetan nama diawal tulisan ini.<br/><br/>Secara gender, kedudukan wanita dan laki – laki memang tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh. Ketika laki – laki mampu bermain bola, pada dasarnya wanitapun mampu bermain bola. Pun ketika laki – laki mampu bermain tinju, pada dasarnya wanitapun mampu bermain tinju. Yang tidak bisa dilakukan oleh seorang laki – laki dan hanya bisa dilakukan oleh wanita adalah melahirkan dan menyusui. Itu saja perbedaannya. Dan lagi – lagi, itu jika dilihat menurut gender.<br/><br/>Sedangkan, kalau kita lihat dari sisi yang lain selain gender, jelas wanita dan laki – laki sangatlah berbeda. Ini karena makhluk yang berlainan jenis ini mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi wanita tidak akan sama dengan laki – laki. Pun sebaliknya. So, dalam konteks apapun, wanita akan tetap menjadi wanita sesuai fitrahnya. Seharusnya dan sekudunya.<br/><br/>Oleh karena itu, adalah sangat menyedihkan jika hanya karena sebuah kata emansipasi, wanita harus menggadaikan kodratnya. Adalah sangat mengenaskan kalau hanya karena sebuah istilah gender, wanita harus menyalahi fitrahnya. Ah, zaman memang sudah semakin maju dan (mungkin) edan. Namun, haruskah insan terbaik yang hidup di dalamnya turut berperan serta menjadi edan? Haruskah kita, sebagai makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan, membuat dunia yang sudah edan ini menjadi semakin edan dengan pola tingkah laku kita yang menyalahi kodrat dan kefitrahan kita? Wanita menjadi laki – laki, dan laki – laki menjadi wanita? Haruskah...? ah, terlampau banyak tanya yang mesti kita pikirkan. [naila]blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-27746365677076327962009-10-11T17:35:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.886+08:00Pendidikan Inklusif Ramah Anak, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
dalam Ilmu Administrasi Pendidikan, H. M. IIM WASLIMAN<p style="text-align: left;">Berikut ini adalah Pidato Pengukuhan H. M. IIM WASLIMAN sebagai Guru Besar dalam Ilmu Administrasi Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Islam Bandung Bandung, 11 Juni 2009 berjudul "Pendidikan Inklusif Ramah Anak" yang disapaikan pada wisuda sarjana STKIP Persis Juni 2009. Edisi lengkap.</p><br/><br/><em>Bismillahirrahmaanirrahiem,</em><br/><br/><em>Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.</em><br/><br/><em>Innal hamdan lillah, washalatu, wasalamu a’laa Rosulillah, khotamil ambiyaa- i walmursalin, wa’alaa ‘alihi washohbihii ajmain. Asyhadu ala ilaha illalloh, Wasyhadu ana Muhammadan abduhuu warosuluh. Allohumma sholli ‘alaa Muhammad, waalaa ali Muhammad, kama solaita alaa ali Ibrohim. Wabarik ala Muhammad, waala ali Muhammad, kamaa baroktaala ali Ibrohim. Fil ‘alamina innaka hamidummajid. Amab’du.</em><br/><br/><em> </em><br/><br/>Yang terhormat,<a name='more'></a><br/><br/>Bapak Gubernur Propinsi Jawa Barat,<br/><br/>Bapak Wali Kota Bandung,<br/><br/>Bapak Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten,<br/><br/>Bapak Ketua dan Ketua Senat Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persis,<br/><br/>Bapak Ketua Umum Yayasan Persis, dan Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Persatuan Islam,<br/><br/>Para Guru Besar dan Anggota Senat STKIP Persis,<br/><br/>Para Ketua Bidang, Ketua Lembaga, dan Ketua Jurusan STKIP Persis,<br/><br/>Para Dosen dan Mahasiswa STKIP Persis,<br/><br/>Bapak Pemilik dan Pimpinan Hotel Grand Pasundan Bandung, beserta staf,<br/><br/>Para tamu undangan serta hadirin yang saya muliakan.<br/><br/>Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT., atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta limpahan karunia dan kesehatan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat mengikuti sidang terbuka Senat Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Islam Bandung dalam suasana yang penuh kebahagiaan.<br/><br/>Sungguh merupakan suatu kehormatan dan kepercayaan yang tiada taranya yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia, CQ Departemen Pendidikan Nasional, Jurusan Bahasa Inggris, Senat dan STKIP Persis, serta Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, yang telah memberi kepercayaan mengangkat dan menetapkan saya dalam jabatan Guru Besar dalam bidang Administrasi Pendidikan. Mudah-mudahan saya dapat menjunjung dan melaksanakan amanat ini dengan sebaik-baiknya. Kehormatan yang saya terima ini, telah ditambah pula dengan diberikannya kesempatan kepada saya untuk menyampaikan beberapa pemikiran tentang pendidikan di Indonesia dalam suatu upacara pengukuhan jabatan Guru Besar di hadapan forum yang sangat mulia ini. Atas segala kepercayaan tersebut, saya bersyukur ke hadirat Allah SWT, sebab segalanya hanya berjalan atas perkenan-Nya. Selanjutnya perkenankanlah saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga upacara pengukuhan Jabatan Guru Besar ini dapat dilaksanakan.<br/><br/>Hadirin yang saya muliakan,<br/><br/>Saya menyadari, meskipun yang saya bahas dalam orasi ini hanya setetes air dalam lautan ilmu Allah, dan mungkin hanya sekelabat sinar dalam cakrawala keagungan Allah SWT yang Maha Sempurna yang telah menurunkan ilmu pendidikan ke alam semesta ini. Namun saya tetap berbesar hati atas karunia ini, karena saya dasarkan pada kerendahan hati saya, selama 42 tahun lebih menggeluti ilmu dan praktik pendidikan sejak saya tamat SPG tahun 1966 dan diangkat menjadi guru SD di Cileuleus, di kaki gunung Galunggung, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya sambil melanjutkan kuliah. Dan pada hari ini saya dapat berbagi sebahagian pengalaman tersebut melalui orasi ilmiah, yang berjudul, “Pendidikan inkusif ramah anak sebagai strategi membangun rumah masa depan pendidikan Indonesia.” Mudah-mudahan pemikiran ini merupakan sumbangsih bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah di negara kita yang sangat kita cintai ini.<br/><br/>Hadirin yang saya muliakan,<br/><br/>Adalah suatu kenyataan yang kita ketahui bersama, bahwa setelah kita merdeka lebih dari enam puluh tahun masih lebih dari lima juta anak Indonesia yang berumur antara 6 sampai dengan 15 tahun belum menikmati layanan pendidikan di sekolah. Demikian pula jutaan anak-anak lainnya, yang walaupun mereka telah berada di sekolah, namun mereka belum menikmati pembelajaran yang bermutu, sesuai dengan potensi yang mereka miliki masing-masing secara utuh dengan baik dan sistemik. Pendekatan pendidikan kita masih belum beranjak dari paradigma lama, yaitu model input – proses dan out put. Pendidikan kita masih terlalu menekankan kepada kecerdasan intelektual sebagai panglima mutu dan proses belajar-mengajar yang konvensional satu arah dengan mengandalkan kekuatan ceramah. Kita masih berada pada posisi pembelajaran yang bersifat memorandum, artinya masih sangat menekankan pentingnya hapalan agar mencapai nilai yang baik dalam ujian dan tes tulis evaluasi, belum menukik menuju model pembelajaran yang bersifat studium, yang memanjakan perkembangan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Kondisi seperti ini menuntut kita untuk segera melakukan perbaikan, kita dituntut untuk segera beranjak dari model pembelajaran konvensional dengan jargon duduk, dengar dan catat menuju model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam setting pendidikan inklusif.<br/><br/>Betapa pentingnya kita untuk mengubah paradigma proses belajar-mengajar melalui pendekatan pendidikan inklusif, karena mutu pendidikan bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, sesuatu yang hanya boleh dilihat diakhir pembelajaran berupa hasil evaluasi, melainkan suatu proses yang melibatkan guru dan murid dalam menciptakan model pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik.<br/><br/>Inklusi dan Pendidikan Inklusif<br/><br/>Hadirin yang terhormat,<br/><br/>Dari beberapa kepustakaan yang saya temui dijelaskan bahwa inklusi (inclusion) secara harfiah berarti “ketercakupan” atau disebut juga “ketersertaan”. Menurut Heijmen (2005: 4) inklusi pada hakekatnya sebuah filosofi pendidikan dan sosial yang menitik beratkan pada sikap menghargai keberagaman, menghormati bahwa semua orang adalah bagian dari sesuatu yang berharga dalam kebersamaan di masyarakat, apapun perbedaannya. Falsafah inklusi memandang manusia sebagai mahluk yang sederajat walaupun berbeda-beda kondisinya. Manusia diyakini diciptakan Tuhan untuk suatu masyarakat, oleh karena itu sebuah masyarakat disebut normal, bila ditandai adanya keberagaman. Karenanya keberagaman di antara manusia dalam suatu masyarakat adalah normal. Keberagaman, seperti adanya individu yang memiliki hambatan/kelainan fisik, mental - intelektual, soaial-emosional, psikologis bahkan kemampuan atau ketidak mampuan yang disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi, suku bangsa, budaya, bahasa, agama, atau jender, seyogianya dianggap sebagai hal yang biasa, bukan sesuatu yang sangat luar biasa dan dapat menyatu (inklusi) dalam komunitas sekolah yang sama bukan menjadi eksklusi yang sering diartikan penolakan, keterbatasan, dan ketidakberdayaan yang sering mengarah kepada prustasi dan kebencian.<br/><br/>Inklusi lahir melalui sebuah proses panjang dari sebuah semangat yang mendesak untuk membawa kembali setiap individu yang kurang beruntung ke dalam masyarakat. Hal ini penting mengingat selama ini mereka terpisahkan atau disegregasikan oleh mayoritas masyarakat karena dilabeling berbeda. Di antara yang telah dipisahkan tersebut adalah mereka yang mengalami gangguan penglihatan, gangguan sensori pendengaran, hambatan perkembangan intelektual, hambatan fisik dan motorik, gangguan emosi dan perilaku, anak berbakat, tuna ganda, autism, gangguan konsentrasi dan perhatian ( Dinas Pendidikan, 2003:13).<br/><br/>Inklusi juga hadir seiring dengan kenyataan masih banyaknya individu yang belum mendapat layanan pendidikan. Hal ini sangat dimungkinkan karena walaupun perkembangan pendidikan terus meningkat secara pesat, namun strategi yang dilaksanakan selama ini masih belum menjangkau semua anak yang sering termarginalkan. Program-program pendidikan yang selama ini mengabaikan layanan bagi semua anak, seyogianya ditata kembali, mengingat mereka adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem yang kita miliki, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya, apalagi mengisolasinya. Filosofi inklusi berkaitan dengan kepemilikan, keikutsertaan dalam komunitas sekolah dan keinginan anak untuk dihargai, dan filosofi inilah yang seyogianya memayungi dan menjadi kerangka dalam memberi layanan pendidikan untuk semua.<br/><br/><em>Pengertian Pendidikan inklusif</em><br/><br/><em>Hadirin yang saya mulyakan</em><br/><br/>Selama ini, pendidikan inklusif diartikan dengan mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus di sekolah/kelas reguler bersama dengan anak normal lainnya. Konsep ini benar sebagai langkah awal menuju implementasi pendidikan inklusif yang utuh. Untuk selanjutnya inklusi diartikan dengan mengikutsertakan semua anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam belajar, anak jalanan, anak penyandang HIV/AIDS, dsb untuk bersama-sama belajar di sekolah/kelas dengan anak normal lainnya, dengan mendapat layanan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain dengan inklusi berarti pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Pendidikan untuk semua adalah pendidikan yang tidak diskriminatif, pendidikan yang dipersiapkan untuk semua anak usia sekolah, siapa saja anak usia sekolah harus mendapat layanan pendidikan di lingkungan sekolah secara baik dan berkualitas, baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal dan dilayani dengan penuh kasih sayang, ramah anak dan menyenangkan.<br/><br/>Hadirin yang sangat saya mulyakan<br/><br/>Pada tahap awal jika anak berkebutuhan khusus telah bersekolah bersama dengan anak yang normal di sekolah/ kelas reguler, dapat dikatakan pendidikan inklusif sudah dilaksanakan, namun selanjutnya tidak berhenti pada hanya menggabungkan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak normal lainnya di sekolah/kelas reguler. Pendidikan Inkusif harus diikuti dengan sikap guru yang ramah, suasana belajar yang menyenangkan, pembelajaran yang demokratis, tidak diskriminatif, dan yang paling penting anak memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin di dalam lingkungan yang nyaman dan terbuka. Dalam suasana pembelajaran inklusif sekolah bukan hanya tempat untuk anak-anak belajar berbagai konsep, ilmu, kompetensi, sosial-emosional, spiritual, dan fisikal, melainkan juga guru dengan senang hati ikut belajar dari keberagaman anak didiknya, antara lain guru memperoleh hal yang baru tentang cara mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan dari keunikan dan keberagaman anak didiknya tersebut. Inilah yang saya maksudkan dengan Rumah Masa Depan Pendidikan Indonesia, yaitu pendidikan Inklusif yang ramah anak.<br/><br/>Nilai agama<br/><br/>Hadirin yang saya hormati,<br/><br/>Agama merupakan landasan manusia untuk mencari kebenaran yang bersifat hakiki. Artinya kebenaran religi adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Sebagai bangsa yang beragama maka sudah seharusnya, bahwa penyelenggaraan pendidikan pun senantiasa berlandaskan keagamaan.<br/><br/>Dalam Alquran, surat An-nisa, surat 4, ayat 9, Allah SWT berfirman, “Walyahsyalladziina lautarokuu min kholfihim dzuriyatan di’aafaa, khoofuu ‘alaihim, falyattaqullaaha walyaquulu qaulan sadiidaa.” Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.<br/><br/>Dari ayat ini diingatkan Allah bahwa manusia harus takut kepada Allah bila meninggalkan turunan yang lemah di belakang hari, baik lemah ilmu, lemah amal, ekonomi, spiritual, sosial, emosional, maupun fisikal. Sayidina Ali menjelaskan bahwa ayat ini merujuk kepada pentingnya pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengembangkan semua potensi kecerdasan peserta didik, pendidikan yang membangun karakter dan diselenggarakan dengan cara yang ramah anak sehingga peserta didik gemar belajar. Islam sangat menjungjung tinggi ilmu pengetahuan, menghargai keberagaman, mendorong kemandirian, kejujuran, kesalihan, keimanan, kesabaran, keikhlasan dan kebersamaan. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan inklusif yang menjungjung tinggi keberagaman, demokratis dan ramah anak.<br/><br/>Falsafah Bhineka Tunggal Ika<br/><br/>Hadirin Yang saya hormati,<br/><br/>Semboyan Negara kita, Bhineka Tunggal Ika mengisyaratkan bahwa kita beraneka ragam, berbeda suku bangsa, bahasa, agama, budaya, adat istiadat, kepercayaan, perilaku, tatakrama, dan lain sebagainya, namun sesungguhnya kita tetap satu, kita bangsa Indonesia, kita mahluk Tuhan Yang maha Agung, yang atas nama-Nya, kita saling menyayangi satu sama lain. Untuk mengembangkan cara pandang tersebut pada anak bangsa ini, diperlukan model pendidikan yang tidak membeda-bedakan anak dengan alasan perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat menghargai kebhinekaan antar manusia (<em>individual differences</em>), baik kebhinekaan yang bersifat vertical maupun kebhinekaan horizontal. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan di bidang finansial, dan sebagainya. Sedangkan kebhinekaan horizontal ditandai dengan adanya berbagai perbedaan latar belakang budaya, agama, suku bangsa, ras, dsb. (Abdurahman, (2002:6).<br/><br/>Dengan perbedaan dan kesamaan misi antar umat manusia, manusia mendapat amanah untuk menjadi <em>khalifah</em> di muka bumi, maka penting sekali dibangun dan dikembangkan suatu bentuk interaksi dalam rangka saling membutuhkan. Interaksi saling membutuhkan inilah yang sesungguhnya ditopang oleh berbagai kearifan budaya lokal di Indonesia. Kearifan budaya Sunda dikenal dengan semboyan <em>Silih asah</em>, <em>silih asih</em>, dan <em>silih asuh yang artinya saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling menjaga dan mendukung.</em> Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak yang artinya seia sekata. Sedangkan kearifan budaya Jawa dikenal dengan ojo digebyah uyah yang artinya jangan hendaknya disamaratakan, rawe-rawe rantas, malang-malang putung yang artinya semua yang menghalangi dilewati saja. Sedangkan kearifan budaya Minang terkenal dengan pantun Keluak paku, keluak balimbing, keluak kangkung lenggang lenggokan, anak dipangku, kemanakan dibimbing, urang sekampung patenggangkan. Adalagi saciok bak ayam, sadancing bak besi, yang artinya kita hendaknya seia sekata. Kearipan serupa ini ada di semua suku bangsa di Indonesia. Ini yang digambarkan dengan Bhineka Tunggal Ika. Karena itu falsafah Sunda silih asah, silih asih, dan silih asuh, atau falsafah Jawa ojo digebyah uyah, dan falsafah Minang saciok bak ayam, sedancing bak besi, mewakili kearipan lokal bangsa Indonesia terhadap nilai pendidikan inklusif. Inilah yang harus tercipta dan dikembangkan terus dalam pendidikan kita dewasa ini dan diwaktu yang akan datang. Falsafah Bhineka Tunggal Ika meyakini bahwa di dalam diri manusia bersemayam potensi kemanusiaan yang sangat mumpuni dan potensi keunggulan lainnya yang masih bersifat tersembunyi yang bila dikembangkan melalui pendidikan yang baik dan bermutu akan dapat berkembang secara optimal. Tugas pendidikan ialah menemukan potensi unggul yang ada pada setiap individu peserta didik untuk dikembangkan secara optimal, artinya pendidikan seyogianya mampu memberdayakan semua potensi kemanusiaan anak secara optimal dan terintegrasi.<br/><br/>Kelas adalah miniatur bangsa, yang warga negaranya adalah peserta didik yang beragam, dan hal ini perlu dipupuk dan dikembangkan terus menerus sejak dini dalam pergaulan dan komunikasi yang demokratis, yang saling menghargai, saling menyayangi, silih asah, silih asih, dan silih asuh, sehingga tumbuh sikap simpati, empati, dan mandiri di sekolah dengan cara yang demokratis, harmonis dan ramah pembelajaran.<br/><br/>Masyarakat demokratis yang kita cita-citakan adalah masyarakat madani yang penuh dengan toleransi. Masyarakt Madani dibahasakan dari istilah Civil Society (<em>masyarakat sipil</em>) yaitu suatu masyarakat yang ingin mendudukkan supremasi sipil dalam tata kenegaraan.Masyarakat sipil atau madani adalah masyarakat yang dibangun oleh Rosulullah SAW di Kota Madinah Al Munawaroh yang mencerminkan adanya demokrasi, kesetaraan, tranfaransi, kemajemukan, perbedaan, intelektualistik, dan berdasarkan atas hukum Syar’i yang kuat. Adapun cirri-ciri masyarakat madani Indonesia masa depan ialah:<br/><br/>- Masyarakat yang menjamin adanya kesamaan (<em>equality), </em>dan<em> Keadilan (equity)</em><br/><br/>- Masyarakat yang mengembangkan komunikasi dialogis antar warga dan pemerintahnya,<br/><br/>- Masyarakat majemuk dan plural (agama, etnis, ras),<br/><br/>- Masyarakat yang rakyatnya memiliki hak menetukan pilihan (<em>public choice</em>) sesui hati nurani,<br/><br/>- Masyarakat yang rakyatnya dapat berbeda pendapat tanpa merasa terancam,<br/><br/>- Masyarakat yang rakyatnya bebas untuk berserikat, berpartai politik dengan nyaman,<br/><br/>- Masyarakat dan pemerintahnya dengan penuh kesadaran patuh pada hukum yang berlaku,<br/><br/>- Masyarakat yang rakyatnya hidup dalam suasana dan budaya demokratis ( <em>democratic siciety</em>)<br/><br/>Masyarakat madani yang seperti itu dapat diwujudkan dalam jangka panjang melalui pendidikan inklusif yang ramah anak di sekolah sejak sekarang.<br/><br/>Hadirin yang saya muliakan<br/><br/>Pendidikan inklusif berkembang dari filosofi inklusi yang tumbuh berbasis keyakinan fundamental bahwa setiap individu dapat belajar, tumbuh, dan bekerja dengan semua orang, baik berlatar belakang sama maupun berbeda di sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat. Dengan demikian pendidikan inklusif adalah wujud nyata komitmen penyediaan kesempatan belajar bagi semua anak, remaja dan orang dewasa dengan fokus pada individu yang masih termarginalkan, minoritas dan kurang perhatian.<br/><br/>Ada banyak pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan inklusif dari sudut pandang yang berbeda, diantaranya Peck, yang menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang dan berat secara penuh di kelas regular (Dinas Pendidikan 2004:2004). Hal ini menunjukkan bahwa kelas regular merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak bagaimanapun gradasi kelainannya. Sedangkan Sapon Shepin menyatakan pendidikan inklusif merupakan layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah terdekat, di kelas regular bersama teman-teman seusianya (Sunardi, 2002). Dalam hal ini ditekankan perlunya restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak.<br/><br/>The Salamanca statemen and Frame work for Action on Special Needs Education (1994), menyatakan:<br/><br/>Inclusive education means that school accommodate all children regadless of physical, intectual, social emotional, linguistic or other condition. This should include disabled and gifted children, street and working children, children from remote or nomadic population, children from linguistic, ethnic or cultural minorities and children from other disadvantage or marginalized areas or group. Dari kutipan tersebut dikatakan bahwa pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistic, atau kondisi lainnya. Pendidikan inklusif harus mengakomodasi anak-anak penyandang cacat dan berbakat, anak-anak jalanan dan pekerja, anak yang berasal dari populasi terpencil atau yang berpindah-pindah, anak dari kelompok etnis minoritas, linguistic atau budaya dan anak-anak dari kelompok kurang beruntung atau termarjinalisasi.<br/><br/>Landasan Pendidikan Inklusif di Indonesia<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Pendidikan inklusif di Indonesia memiliki landasan yang sangat kuat karena didasarkan kepada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada Bab I, Pasal 1 ayat (7), bahwa Pendidikan inklusif ditegaskan sebagai pendidikan regular yang disesuikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistematik. Namun di samping itu Pendidikan inklusif juga di dukung oleh kesepakatan internasional, Pendidikan Untuk semua (PUS) yang terkenal dengan Education for All (EFA), berdasarkan Pernyataan Salamanca, pada kongres Internasional di kota Salamanca, Spanyol pada tahun 1994, yang antara lain menetapkan bahwa Semua anak sebaiknya belajar bersama tanpa diskriminasi, yang didasarkan kepada kebutuhan siswa, dan anak berkebutuhan khusus di beri layanan khusus di sekolah regular. Selanjutnya dalam konperensi Dakar di Sinegal Afrika tahun 2000, menetapkan enam hal yaitu, Pendidikan anak dini usia (PADU), pendidikan dasar formal, pendidikan keterampilan hidup (life skills), Pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan jender, dan pendidikan dasar yang bermutu. Sedangkan pada konperensi yang di adakan di Bukitinggi, Sumatera Barat pada tahun 2005, yang atara lain menetapkan inklusi sebagai prinsip pelaksanaan pendidikan, dan kualitas pendidikan diharapkan meliputi perkembangan sosial, emosional dan fisikal, akademik, dan kecerdasan spiritual, serta sistem assessment dan evaluasi pendidikan nasional tidak diskriminatif.<br/><br/>Pendidikan Inklusif Membangun budaya mutu<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Selanjutnya, yang saya maksudkan dengan pendidikan inklusif atau pembelajaran inklusif ialah pembelajaran yang dilaksanakan baik dalam lingkungan pendidikan formal dan non-formal dengan penekanan pendidikan untuk semua (PUS), yang dilaksanakan dengan cara yang ramah terhadap siswa, dengan tidak diskriminatif jender dan lainnya, namun pendidikan yang mengembangkan intelektual, sosial-emosional, linguistik, budaya, agama dan karakteristik lainnya.<br/><br/>Pendidikan jender sekarang menjadi salah satu isyu penting karena bagian dari hak semua orang mendapat layanan yang sama dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hukum dan ekonomi, dan kita masih melihat ketimpangan yang mencolok, oleh karena itu perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Yang dimaksud dengan jender merujuk pada peran sosial yang diyakini merupakan peran laki-laki dan perempuan di dalam pengelompokkan sosial tertentu oleh masyarakat. Misalnya: “laki-laki sebagai pencari nafkah,” sedangkan “perempuan sebagai pengasuh anak.” Peran jender tersebut diciptakan oleh kelompok masyarakat tertentu dan dipelajari dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun sebagai bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu persepsi masyarakat yang diterima dan dipelajari baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah, segala hal yang diasosiasikan dengan jender dapat diubah atau dibalikkan untuk mencapai persamaan dan keadilan untuk pria dan wanita. Dengan kata lain, kita dapat mengubah peran jender <em>“wanita sebagai pengasuh anak”</em> menjadi <em>“wanita sebagai pencari nafkah”</em> dan <em>“pria sebagai pencari nafkah</em>” menjadi “<em>pria sebagai pengasuh anak”,</em> atau <em>“pria dan wanita sebagai pencari nafkah dan sekaligus pengasuh anak.” </em><br/><br/>Pendidikan inklusif sebagai inovasi pendidikan<br/><br/>Hadirin yang saya muliakan<br/><br/>Secara terminologi, pendidikan inklusif merupakan terjemahan dari Inclusive Education. Ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif merupakan inovasi yang diadopsi dari negara lain yang sudah lebih dahulu mengembangkan pendidikan inklusif dengan baik. Tetapi sebagaimana dikemukakan di atas, bila dilihat dari akar budaya kita Bhineka Tunggal Ika, di mana secara filosofis kita sangat meghargai keberagaman, kita berbeda-beda suku bangsa, budaya, adat istiadat, dan bahasa, tetapi tetap bersatu, saling menghargai, menyayangi, dan hidup bersama dalam suasana yang harmonis penuh toleransi, simpati dan empati dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendidikan inklusif bukanlah hal yang betul-betul baru. Namun yang perlu dikaji adalah sejauh mana secara saintific pendidikan inklusi dapat dilaksanakan di negara kita sesuai budaya kita. Oleh karena itu saya sering mengatakan bahwa pendidikan inklusif adalah kekayaan bangsa Indonesia yang hilang dan harus direbut kembali serta dipelihara dan dikembangkan dengan baik sehingga menjadi milik kita seutuhnya.<br/><br/>Hadirin yang terhormat<br/><br/>Inovasi menurut Rogers (1983) adalah suatu idea atau gagasan, teknik atau praktik atau benda yang disadari dan diterima oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Sedangkan menurut Robins (1994), inovasi adalah suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses, dan jasa. Drucker (1995) melihat inovasi sebagai suatu perubahan social yang memiliki nilai tambah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Dia mengemas inovasi dalam empat dimensi, yaitu proses kreatif (<em>Creative process</em>) yang menimbulkan perubahan (<em>change</em>) dan mengarah kepada pembaharuan (<em>new condition</em>) dan memiliki nilai tambah (<em>added values</em>).<br/><br/>Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pendidikan inklusif dapat dikatakan sebagai inovasi yang bertujuan untuk memperbaiki proses pendidikan yang masih bersifat deskriminatif, dan belum fokus kepada kepentingan siswa. Semangat untuk mengadopsi inovasi pendidikan inklusif di Indonesia sangat tinggi sejalan dengan kesadaran masyarakat bahwa layanan pendidikan adalah hak untuk semua anak. Namun hal ini ternyata belum seimbang dengan kecepatan layanan birokrasi sehingga masih terjadi ketimpangan yang sangat besar, sehingga jumlah anak yang belum mendapat layanan pendidikan masih sangat besar. Pendidikan inklusif akan membuka luasnya layanan bagi anak untuk mendapat akses pendidikan yang berpihak kepada anak dan berkualitas. Namun sebagaimana suatu inovasi senantiasa mengandung resiko yang harus diantisipasi dengan baik. Drucker menyarankan dua tahap yang sebaiknya ditempuh dalam proses inovasi sebagai berikut:<br/><br/>Inovasi dimulai dengan melakukan tahap inisisasi, yaitu tahap permulaan berupa kegiatan pengumpulan informasi yang lengkap, penyusunan konsepsi inovasi, dan perencanaan strategis penerimaan inovasi. Untuk melakukan hal itu dapat dicapai dengan cara menyusun agenda (<em>agenda setting</em>) dalam menentukan pentingnya pendidikan inklusif di Indonesia, dan selanjutnya melakukan studi lingkungan untuk menentukan nilai yang dianggap potensial dan bermanfaat bagi pemenuhan hak anak untuk mendapat layanan pendidikan. Selanjutnya segera melakukan penyesuaian (matching) dari inovasi pendidikan inklusif yang akan diadopsi agar sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Tahap selanjutnya yaitu implementasi pendidikan inklusi di sekolah-sekolah reguler. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi: (a) Restrukturisasi yaitu melakukan penyesuaian dan pembenahan sesuai dengan kebutuhan. (b) Klasifikasi yaitu melakukan penelaahan kesesuaian anatara inovasi dan kebutuhan sekolah, (c) Rutinisasi yaitu proses melakukan kegiatan inovasi menjadi suatu kegiatan rutin di sekolah. Dengan siklus kegiatan yang dilakukan tersebut diharapkan proses inovasi akan berjalan alamiah dan lancar serta mampu mencapai tujuan yang diharapkan.<br/><br/>Sekarang pendidikan inklusif yang ramah anak mulai berkembang dan dilaksankan di Indonesia. Secara parsial banyak sekali institusi pendidikan yang sesungguhnya sudah melaksanakan pendidikan inklusif yang ramah anak ini. Di pesantren-pesantren, di madrasah-madrasah, dan di sekolah-sekolah swasta pendidikan inklusif ramah anak mulai dilaksanakan. Pada sistem pendidikan boarding school, guru, ajengan, ustadz senantiasa mengemong murid dengan kasih sayang, sehingga mereka sangat mengenal kelebihan dan kekurangan semua siswa-siswanya. Mereka memberi penghargaan dan juga hukuman dalam rangka mengembangkan sikap dan karakter anak didiknya. Karena didasari kasih sayang maka penghargaan dan hukuman menjadi alat pembelajaran yang sangat efektif. Jika kita bandingkan dengan proses pembelajaran yang sama yang dilakukan oleh sebahagian guru di kebanyakan sekolah-sekolah negeri, dirasakan masih belum efektif, hal ini mungkin karena ada sesuatu yang hilang ketika melaksanakannya, yaitu perasaan kasih sayang.<br/><br/>Peran serta orang tua, masyarakat, dan stake holders<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Peran serta orang tua, masyarakat, dan stake holders dalam implementasi pendidikan inklusif hendaknya terus ditumbuh kembangkan dengan baik. Orang tua, masyarakat dan stake holders sebaiknya didorong untuk bersama pihak sekolah terlibat dalam layanan pendidikan inklusif ini. Pemerintah sebaiknya menghindarkan penetapan kebijakan yang dikotomis dengan filosofi implementasi pendidikan inklusif, baik yang menyangkut kebijakan administratif maupun substantif. Kebijakan administratif misalnya tentang peraturan- peraturan penerimaan siswa baru, bantuan biaya pendidikan, sarana prasarana, tenaga kependidikan, dsb. Sedangkan yang bersifat substantif misalnya sistem evaluasi, kebijakan kenaikan kelas, dan proses belajar mengajar. Proses Belajar Mengajar sebaiknya dikembalikan pada esensi pendidikan, yaitu bahwa mendidik adalah menemukan potensi paling esensi dari masing-masing siswa untuk ditumbuh kembangkan oleh guru sebagai seorang fasilitator yang mengantarkannya dengan penuh kasih sayang. Bila hal ini dilakukan berarti kita telah mengupayakan untuk mengembalikan budaya masyarakat yang sangat peduli terhadap pendidikan, yang dewasa ini sangat dirasakan sudah mulai memudar, dan kurang peduli karena ada pandangan dikotomis bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah, dan partisipasi senantiasa dikaitkan dengan dukungan uang. Pendidikan inklusif tidak akan dapat berhasil tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, anak berkebutuhan khusus akan mau bersekolah di sekolah regular atau di sekolah segregasi sekalipun hanya apa bila di dukung oleh orang tua dan masyarakat. Stake holders dapat mendukung sekolah dengan dukungan berupa sarana, prasarana, alat bantu belajar, biaya, dukungan teknis, dan penyediaan lapangan kerja bagi lulusan yang memenuhi syarat.<br/><br/>Marilah kita petik kearifan filosofi hidup para petani, yang dengan penuh kecintaan senantiasa menanam dan menanam benih dan akhirnya panen. Kita menanam benih inklusi di tanah gembur Indonesia dengan penuh dedikasi dan kecintaan, dan dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian kita akan panen raya memetik buah perjuangan kita dewasa ini, berupa kemajuan bangsa, kejayaan dan keagungan di atas ridho Allah SWT.<br/><br/>Fungsi dan peran Pusat Sumber<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Pendidikan inklusif yang diselenggarakan di sekolah regular sangat memerlukan dukungan teknis, terutama bagi anak dengan kecacatan khusus, seperti tuna netera, tuna grahita, tuna rungu, dan autism. Oleh karena itu pe merintah perlu menyiapkan institusi yang membantu sekolah-sekolah regular penyelenggara pendidikan inklusif, berupa pusat sumber (Resourse Center). Lembaga ini dapat dibentuk secara khusus, atau memfungsikan SLB Negeri atau Swasta yang sudah ada dan memenuhi syarat untuk dipersiapkan menjadi pusat sumber, sehingga mampu melaksanakan fungsi dan peran sebagai Pusat Sumber.<br/><br/>Pusat Sumber (Resource Center) adalah lembaga khusus yang dibentuk dalam rangka pengembangan pendidikan inklusif dan dapat dimanfaatkan oleh semua anak, khususnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Orang tua, Keluarga, Masyarakat, Sekolah, Pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan untuk memproleh informasi yang seluas-luasnya, mendapatkan pelatihan berbagai keterampilan, memperoleh berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan inklusif.<br/><br/>Manajemen pemberdayaan SLB sebagai Pusat Sumber dalam mendukung implimentasi pendidikan inklusif<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Manajemen dapat dinyatakan sebagai satu rangkaian aktivitas yang diarahkan secara kreatif dan inovatif ke arah pemanfaatan sumber-sumber daya secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br/><br/>Adapun sumber-sumber daya SLB yang perlu dikelola dengan baik, ialah:<br/><ol><br/> <li>Sumber daya manusia, yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan non guru, siswa, komite sekolah, dan stake holders sekolah.</li><br/> <li>Sumber daya Informasi, antara lain peralatan SIM, networking yang dapat dikembangkan, paket pelatihan, tim advokasi, medya komunikasi melalui e-mail, internet, face-book, web site, dan blog.</li><br/> <li>Sumber daya sosial, berupa partner kerja SLB, yang meliputi institusi pemerintah, tokoh pendidikan, LSM, pemerhati pendidikan, asosiasi pendidikan inklusif, dan donator internasional.</li><br/></ol><br/><ol><br/> <li>Sumber daya fisikal, yang meliputi sarana dan prasarana yang dimiliki, tanah, bangunan, ruang belajar, ruang terapi, sarana belajar, alat belajar, dan hardware.</li><br/> <li>Sumber daya moneter, berupa anggaran yang dimiliki dan dapat dimiliki oleh SLB dan dapat dipergunakan untuk kepentingan pengembangan pendidikan inklusif di sekolah sekolah regular gugus binaannya</li><br/></ol><br/><ol><br/> <li>Sumber daya lingkungan, baik internal maupun eksternal, alam dan manusia, lembaga pendidikan tinggi, lembaga keagamaan, pemerintah dan swasta.</li><br/></ol><br/>SLB sebagai Pusat Sumber:<br/><br/>SLB sebagai Pusat Sumber adalah Sekolah Luar Biasa yang di samping perannya sebagai penyelenggara pendidikan bagi anak luar biasa, juga diberi peran sebagai Pusat Sumber dalam rangka mendukung pengembangan pendidikan inklusif. SLB sebagai pusat sumber memiliki fungsi dan peran strategis bagi pengembangan pendidikan inklusif.<br/><br/>Fungsi SLB sebagai pusat sumber:<br/><ol><br/> <li>Sebagai pengambil inisiatif dan Aktif melaksanakan pendidikan inklusif, serta aktif membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif,</li><br/> <li>Sebagai koordinator dalam memberikan layanan pendidikan inkusif bagi sejumlah sekolah regular di gugusnya dan dengan berkolaborasi dengan pihak lain senantiasa berupaya untuk meningkatkan implementasi pendidikan inklusif,</li><br/></ol><br/><ol><br/> <li>Sebagai pusat dukungan kepada sekolah-sekolah reguler dan Sekolah Luar Biasa lainnya dalam pelaksanaan pendidikan inklusif</li><br/> <li>Sebagai Pusat Informasi dan Inovasi di bidang pendidikan inklusif.</li><br/> <li>Sebagai home base bagi kelompok guru kunjung ke sekolah regular dalam melaksanakan bantuan teknis dalam layanan anak berkebutuhan khusus,</li><br/></ol><br/>Adapun peran SLB sebagai pusat sumber adalah:<br/><ol><br/> <li>Memberikan informasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan inklusif, baik kepada sekolah-sekolah regular, maupun SLB lainnya,</li><br/></ol><br/>b. Menyediakan bantuan asesmen yang rutin terhadap ABK,<br/><br/>c. Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi ABK,<br/><br/>d. Menjadi konsultan bagi semua pihak yang membutuhkan informasi,<br/><br/>layanan, bimbingan dan penanganan khusus.<br/><ol><br/> <li>Menjalin kerja sama dengan Dinas / Instansi / LSM dalam upaya</li><br/></ol><br/>implementasi pendidikan inklusif,<br/><ol><br/> <li>Melakukan penelitian dan pengembangan, inovasi implementasi pendidikan inklusif, menyusun strategi dan metodologi pembelajaran yang cocok bagi semua anak,</li><br/> <li>Melakukan penanganan layanan pendidikan bagi ABK dan memberi serta</li><br/></ol><br/>menerima rujukan / referensi dalam layanan pendidikan inklusi<br/><br/>j. Merencanakan dan menyelenggarakan diklat pendidikan inklusif bagi<br/><br/>guru- guru di sekolah reguler dan SLB serta pihak lain yg membutuhkan.<br/><br/>k. Menyediakan bantuan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan layan-<br/><br/>an bagi ABK, serta menjadi fasilitator dan mediator bagi semua pihak da-<br/><br/>lam implementasi pendidikan inklusif,<br/><br/>l. Mengatur guru yg ada di SLB untuk melakukan tugas tambahan sebagai<br/><br/>Guru Pembimbing Khusus di Sekolah Inklusi<br/><br/>Manajemen strategik Pendidikan Inklusif<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Keberhasilan penerapan inovasi pendidikan inklusif di Indonesia sangat tergantung kepada manajemen yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan pendidikan. Manajemen strategic pendidikan disokong oleh perencanaan strategis, implementasi dan evaluasi strategis. Perencanaan strategis adalah upaya untuk menggenggam masa depan berupa pencapaian tujuan jangka panjang. Oleh karena itu Manajemen Strategik Pendidikan Inklusif adalah seni dan ilmu tentang keputusan-keputusan strategis mulai dari merumuskan (<em>formulating</em>), menerapkan (<em>implementing</em>), dan mengevaluasi (<em>evaluating</em>) dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan pelaksanaan pendidikan inklusif.<br/><br/>Manajemen Strategik Pendidikan Inklusif meliputi proses:<br/><ol><br/> <li>Merumuskan rencana strategis pendidikan inklusif (<em>Strategic formulating</em>) meliputi kegiatan:</li><br/></ol><br/>- Merumuskan Visi dan Misi pendidikan inklusi,<br/><br/>- Merumuskan tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek pelaksanaan pendidikan inklusif,<br/><br/>- Merumuskan sasaran-sasaran yang akan dicapai,<br/><br/>- Mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, Kelemahan, Peluang dan ancaman pelaksanan pendidikan inklusif (SWOT),<br/><br/>- Mengembangkan alternatif-alternatif strategi yang dapat dipilih, dan<br/><br/>- Merumuskan program strategik yang tepat untuk dilaksanakan.<br/><ol><br/> <li>Menerapkan rencana strategis implementasi pendidikan inklusif ( <em>Strategic </em> <em>Implementing</em>) meliputi kegiatan:</li><br/></ol><br/>- Menetapkan kebijakan institusi sekolah,<br/><br/>- Merumuskan langkah-langkah strategis yang akan dilaksanakan,<br/><br/>- Memotivasi semua civitas sekolah,<br/><br/>- Mensosialisasikan program dan kegiatan kepada semua pihak,<br/><br/>- Mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki,<br/><br/>- Membangun kerja sama dengan berbagai pihak, dan<br/><br/>- Melaksanakan program kerja dengan penuh kesungguhan.<br/><ol><br/> <li>Melaksanakan Proses Evaluasi Strategis pelaksanaan pendidikan inklusif <em>( Strategic Evaluating</em>) meliputi kegiatan:</li><br/></ol><br/>- Memonitor seluruh kegiatan,<br/><br/>- Mengukur kinerja staf (Individu, dan lembaga).<br/><br/>- Melakukan perbaikan program bila diperlukan, dan<br/><br/>- Merumuskan feed back untuk perencanaan pendidikan inklusif selanjutanya.<br/><br/>Manajemen Strategik dengan demikian merupakan kegiatan yang memfokuskan pada upaya penyatuan (integrating) antara aspek-aspek layanan jasa pendidikan, penelitian dan pengembangan, sumber dan alokasi keuangan, serta memasyarakatkan layanan khusus pendidikan. Untuk menyusun program strategis pengembangan pendidikan inklusif di Indonesia kita perlu melakukan analisis implementasi pendidikan inklusif, baik melalui pendekatan SWOT Analisysis, SIX Sigma analisis, Balanced Scorecard atau pendekatan lainnya, sehingga kita mampu mengukur kinerja implementasi pendidikan inklusif yang sedang berjalan secara akurat serta merencanakan kegiatan selanjutnya secara strategis.<br/><br/>Penutup<br/><br/>Hadirin yang saya hormati<br/><br/>Akhirnya saya berharap agar kita semua, baik pada kapasitas sebagai guru, dosen, Kepala Sekolah, orang tua, dan masyarakat luas untuk mengubah paradigma berpikir yang dianut kita selama ini dan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kita harus mengubah dari berpikir dikotomis ke berpikir integratif, dari berpikir sektoral ke berpikir integral, dari pembelajaran berbasis materi kepada pembelajaran berbasis siswa, dari pendekatan ekstrim klasikal ke pendekatan individual berbasis keragaman gaya belajar siswa. Kita sebaiknya menyadari bahwa para founding father kita telah dengan penuh kearipan menawarkan suatu philosofi berpikir Bhineka Tunggal Ika, bahwa kita beragam dan harus hidup dalam keberagaman dengan penuh kenyamanan, menikmati keindahan toleransi, saling mencintai, dan menyayangi, sehingga tumbuh rasa simpati, empati satu sama lain, dan untuk itu kita awali hari-hari anak Indonesia di sekolah, di rumah tangga dan di dalam masyarakat dengan pendekatan inklusi.<br/><br/>Mari kita simak sebuah puisi yang sangat termasyhur buah karya Kahlil Gibran, seorang pujangga asal Libanon tentang seorang anak, yang digubah ke dalam Bahasa Sunda oleh seseorang (anonym), mangga urang lenyepan:<br/><p align="center">Anak anjeun</p><br/><p align="center">Karya: Khalil Gibroun</p><br/><br/>Anak anjeun lain anu anjeun,<br/><br/>Manehna seuweu kahirupan, anu kangen ku kahirupan,<br/><br/>Manehna lahir ngaliwatan anjeun, tapi lain ti anjeun,<br/><br/>Jeung sanajan manehna hirup babarengan jeung anjeun,<br/><br/>Manehna lain milik anjeun,<br/><br/>Anjeun meunang mikeun kaasih, tapi lain pamanggih,<br/><br/>Lantaran maranehna baris ngabogaan acining hirup sorangan,<br/><br/>Anjeun meunang miara ragana, tapi omat ulah nyengker jiwana,<br/><br/>Lantaran jiwa maranehna mah ancoaneun isuk,<br/><br/>Anu mustahil karandapan ku anjeun, sanajan ukur impian,<br/><br/>Anjeun meunang nyoba sangkan sarua jeung maranehna,<br/><br/>Tapi omat ulah hayang nyaruakeun maranehna jeung anjeun,<br/><br/>Lantaran hirup lain maju ka mangkukna,<br/><br/>Oge henteu angger sakamari,<br/><br/>Anjeun ngan wungkul gondewa, sedeng maranehna busur kahirupan,<br/><br/>Anu baris mesat ngapung ngambah jomantara,<br/><br/>Mapay laratan taqdir kahirupan nu di tetepkeun Mantena,<br/><br/>...........................................................................................<br/><br/>Hadirin yang saya mulyakan,<br/><br/>Demikianlah pidato pengukuhan saya sebagai guru Besar bidang administrasi pendidikan pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persis pada Kopertis Wilayah IV Jawa Barat-Banten ini. Selanjutnya perkenankan saya pada saat yang paling bersejarah ini untuk menyampaikan ucapan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memungkinkan saya untuk mencapai jabatan akademik yang terhormat ini.<br/><br/>Yang pertama saya berterima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Bapak Menteri Pendidikan Nasional, yang telah berkenan mengabulkan permohonan saya dan mengangkat saya pada jabatan guru besar bidang administrasi pendidikan pada STKIP Persis di Bandung.<br/><br/>Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan pula kepada Yth. Bapak Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat – Banten, yang telah membantu saya dalam proses penyelesaian jabatan Guru Besar ini.<br/><br/>Terima kasih dan penghargaan serupa tak lupa saya sampaikan pula kepada Ketua dan Ketua Senat STKIP Persis, beserta jajaran dan anggota senat STKIP Persis yang telah mengusulkan dan memproses pengangkatan saya sampai selesai dengan baik sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.<br/><br/>Kepada Ketua Jurusan, rekan-rekan dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persis yang telah membantu dan bekerja sama dengan baik selama ini, tak lupa saya pun menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.<br/><br/>Kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas berperan membantu terselenggaranya acara pengukuhan saya hari ini, sehingga berjalan dengan baik dan sukses, terutama rekan-rekan di lingkungan STKIP Persis dan Manajemen serta The Owner of this Hotel, yaitu yth. Bapak Wimpy Ibrahim, beserta jajarannya, kerabat dan handai tolan yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, tak lupa sayapun menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga.<br/><br/>Kepada rekan sejawat, para guru, para kepala sekolah, para orang tua dan masyarakat serta semua pihak yang telah mengabdi dengan penuh dedikasi dan menyimak pidato pengukuhan ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih pula, semoga gagasan ini bermanfaat dan dapat diimplementasikan dalam rangka membangun manusia Indonesia masa depan yang tangguh, bermartabat, cerdas dan jujur serta berdedikasi tinggi untuk membangun bangsanya sepanjang hayat.<br/><br/>Akhirnya rasa bahagia dan rasa syukur saya hari ini, tentu saja dirasakan juga oleh semua anggota keluarga saya tercinta yang hadir di sini dan yang tak sempat hadir, terutama ibunda tercinta emih Tio Djuhara, istri tersayang, Dra. Hj. Euis Yeti, yang senantiasa mendorong dengan tak pernah lelah, dan membantu tanpa pamrih; Anak-anak dan mantu tercinta: Hj. Eva Dianawati Wasliman S.S., MPd., dan H. Arief Nurjaman SE., Hj. Elvi Noviawati Wasliman, S.Ked., M.Pd., dan Ir. H. Ahmad Ali Rahmadian, M.Pd., Hj. Dine Puspitasari Wasliman, S.S., M.Pd., dan Ir. H. Suhandi Siswoyo, MT., serta si bungsu Galih Permatasari (Ega); Cucu-cucu tersayang belahan hati: Mohammad Naufal Adzkia dipanggil Azka, Ufaira Aulia Rahmah dipanggil Vira, Fatimah Nurazmi dipanggil Azmi, Ilham Ali Rahmadian dipanggil Ilham, dan Hanifah Azzahra dipanggil Zahra. Merekalah pembangkit spirit tanpa henti. Kalian semua adalah mata air yang tak pernah surut, sumber energi, sumber inspirasi yang ikut mengantarkan keberhasilan ini. Terima kasih, kalian semua adalah sumber kekuatan yang dilimpahkan Gusti Allah Untuk apa, semoga tidak kering karena musim dan tak surut karena waktu. Terinspirasi oleh Laskar pelangi karya Hirata Andrea, Apa juga berharap pada kalian, Melesatlah bagai busur anak zaman, terbanglah kalian untuk menjadi bagian dari kegilaan pemuda demi tanah air yang kita cintai, yang sekarang sedang merana karena kita terjajah di negeri kita sendiri. Tingkatkan kemapanan kalian, raihlah ilmu setinggi langit, jelajahi bumi Eropa, jamah Afrika, temukan Mozaik nasibmu di peloksok-peloksok dunia, tuntutlah ilmu sampai ke Sorbone di Prancis, Al Azhar di Mesir, OHIO University di Colombus USA, Mones University di Australia, ITB, UI, atau UGM di Indonesia. Dan saksikan karya-karya besar di dunia seperti: Antoni Gaudi di Spanyol, Istana Alhambra di India, Spink di Mesir, Gedung Putih dan Capitol di Washington DC., Gedung Opera di Sydney, dan Tujuh keajaiban dunia lainnya. Letakan kening dengan khusu saat sujud mengagungkan Allah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Jumpai beragam bahasa dan budaya, serta orang-orang asing di dunia, baca bintang gemintang, arungi padang dan gurun-gurun, biar melepuh kakimu terbakar pasir, limbung dihantam angin, menciut dicengkram dinginnya kutub. Carilah hidup yang menggetarkan dan penuh dengan penaklukan. Rasakan saripati hidup, sehingga terasa keindahannya sampai disumsum kalian.<br/><br/>Pada kesempatan ini pula saya mengenang Ibunda tercinta, Bunda Tio Djuhara, yang sudah sepuh di Tasikmalaya, bilau tak sempat menyaksikan putranya mendapat kehormatan dan kemuliaan sekarang ini, seraya berdoa semoga Allah SWT. Senantiasa mengasihi dan melindungi beliau. Berkat do’a dan kasih sayangnyalah saya dapat menuntut ilmu dan meniti karier dengan selamat seperti ini, dan tak mungkin saya mampu membalasnya dengan cara yang setimpal. Demikian pula saya mengenang almarhum ayah saya, Apa Komar Suherman, Bapak dan ibu yang membesarkan dan mendidik saya sejak kecil Bapak Haji Sachruddin dan Ma Ilot, serta kedua mertua saya almarhum Apa Entju Natapraja dan Hj. Mamah Sulastri, dengan kasih sayang mereka, saya dapat meraih cita-cita ini, semoga arwah beliau semua mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT, dan diampuni semua dosa dan kehilapannya, serta mendapat kebahagiaan di alam barzahnya. Semoga ridho Allah SWT dilimpahkan-Nya kepada mereka semua ……….. amien.<br/><br/>Akhirnya kepada sidang senat STKIP Persis, dan hadirin semua yang saya muliakan yang hadir dalam acara pengukuhan jabatan guru besar saya ini, saya tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kesediaannya meluangkan waktu dan meringankan langkah untuk berbagi kebahagiaan dan ikut hadir menyaksikan pengukuhan saya ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara-saudara sekalian....Amien.<br/><br/><em>Hadanallahi waiyyakum ajmain,</em><br/><br/><em>Walhamdulillahi robbil’alamin,</em><br/><br/><em>Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</em><br/><p align="center"><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p><br/><br/>Abdurahman, M., (2002), <em>Landasan Pendidikan Inklusi dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,</em> Depdiknas.<em> </em><br/><br/>Ashman and Elkins, (2005), <em>Educating Children with Diverse Abilities</em>, 2nd Edition, Pearson, Prentice Hall, NSW.<br/><br/>Bellamy, Carpl, <em>The State of The World’s Children</em>, (1997), Unesco, Oxford<br/><br/>University Press.<br/><br/>Braillo, Norway, (2000), <em>Pernyataan Salamanca, tentang: Prinsip Kebijakan dan</em><br/><br/><em>Praktek dalam Pendidikan Kebutuhan Khusus, alih bahasa Tarsidi, D. </em>Jakarta.<br/><br/>Depdikbud, (1993), <em>Penerapan Deklarasi Dunia Tentang Pendidikan Bagi Semua </em><br/><br/><em> untuk memenuhi Kebutuhan Belajar Dasar di Indonesia, </em>Jakarta.<br/><br/>Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, (2003), <em>Buku Pedoman Pelaksanaan </em><br/><br/><em> Pendidikan Inklusif (Pengenalan), Proyek Pengembangan Model Sekolah</em><br/><br/><em> Inklusif di Jawa Barat, Bandung, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.</em><br/><br/>Direktorat PLB., (2004), <em>Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi, </em><br/><br/><em> Buku I,II,III,IV,V,VI. </em>Direktorat PLB, Jakarta.<br/><br/>Fish, J., and Evans, J., (1995), <em>Managing Special Education</em>, London; Bliddles Ltd.<br/><br/>Golis, Susan Allan at all, (1995), <em>Inclusion in Elementary Schools: A Survey and Policy Analysis, A peer-reviewed scholary electronic Jurnal, Education Policy Analysis archiver, Volume 3, number 15, October 12, 1995.</em><br/><br/>Hermawan dan Kustawan, (2004), <em>Penilaian dalam Setting Pendidikan Inklusif, </em>Makalah pada Sosialisasi Pendidikan Inklusif Tingkat Propinsi Jabar.<em> </em><br/><br/>Hidelgun, O., (2002), <em>Pendidikan inklusif Suatu Strategi Menuju Pendidikan Untuk Semua, Makalah pada lokakarya gabungan pendidikan kebutuhan khusus tingkat nasional Direktorat PLB di Mataram. </em><br/><br/>Hinson, Mike, and Hughes, Martin, (1982), <em>Planning Effective Progress, Planning, and Implementing The Curriculum for Children with Learning Difficulties</em>, Hulton Nare, Richard Clay ( The Chaucer Press),Ltd,Bungay, Suffolk, Great Britain.<em> </em><br/><br/>Jones, C.,J., (1985), <em>Analysis of The Self-Concepts of Handicapped Students, Remidial and Special Education, </em><br/><br/>Lovitt, C., Thomas, <em>Introduction to Learning Disabilities</em>, Allyn and Bacon.<br/><br/>Smith, J., David, (1998), <em>Inclusion, School for All Students, </em>Wadswarth Publishing<br/><br/>Company, New York.<br/><br/>Syafarudin, (2002), <em>Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan</em>, Grasindo,<br/><br/>Jakarta. <em> </em><br/><br/>Syamsudin Makmun, Abin, (2002), <em>Manajemen Pendidikan Kebutuhan Khusus</em>,<br/><br/>Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.<br/><br/>----------, (2003), The Education System for Children <em>with Special Needs in </em><br/><br/><em> Indonesia and Japan,Indonesia University of Education and University of </em><br/><br/><em> Tsukuba.</em><br/><br/><em>-----------, </em>(2005),<em> The Importance of Promoting International Cooperation for The</em><br/><br/><em> Implementation of Inclusive Education Ideas in Developing Countries; </em><br/><br/><em> With Reference to the Case of Indonesian Experence, UPI Bandung, </em><br/><br/><em> Makalah: Asian Conference on Mental Retardation XVII Concerted </em><br/><br/><em> Effort for the Welfare on Mental Retardation, Yogyakarta.</em><br/><br/><em> </em><br/><br/><em>Stephens, T.M., (1978), Social Skills in The Classroom, </em>Columbus, OH., Cedars Press.<br/><br/><em> </em><br/><br/>Tanner, C, Kenneth at all.(1996), <em>Inclusive Education in United States; Biliefs and</em><br/><br/><em> Practices Among Middle School Principals and Teacher, A peer-received.</em><br/><br/>Thomson, Nelson, (2002), Editor Phil Foreman, <em>Integration and Inclusion in Action, </em>Printed Thomson Learning, Australia.<em> </em><br/><br/>Toolkit, Direktorat Pendidikan Sekolah Luar biasa, (2005), Departemen<br/><br/>Pendidikan Nasional Republik Indonesia.<br/><br/>Unesco, (2003), <em>Open File on Inclusive Education, Support Material for </em><br/><br/><em> Managers and Administrators; </em>Unesco; France.<br/><br/>----------, (2003), Overcoming Exlusion Through Inclusive Approaches in<br/><br/>Education, A Challenge & A Vision, Conceptual Paper, Unesco, France.<br/><br/><em>---------, </em>(2004)<em>, Changing Teaching Practices, Using Curriculum Differentiation to</em><br/><br/><em> Respond to Student, Diversity, </em>UNESCO, France.<em> </em><br/><br/><em>---------, </em>(2005), <em> Guidlines for Inclusion, ensuring Access to Education for All, </em><br/><br/><em> </em>Unesco<em>, </em>France.<br/><br/>Walker, H.M., (1970), <em>Problem Behaviour Identification Checlist</em>, Angeles, Western Psychological Services.<br/><br/>Wiradisuria, Sambas, (2005), <em>What Children Want, Menuju Indonesia yang Layak Bagi Anak</em>, Batic Press, Bandung.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-50273005032318990512009-09-20T05:13:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.868+08:00Kontes SEO Bertema Objek WisataSejak bulan Agustus 2009 kemarin atau tepatnya tanggal 17 Agutus 2009 bertepatan dengan HUT RI ke-64 hadir meramaikan dunia blogger Indonesia sebuah kontes SEO bertemakan objek wisata dengan kata kunci <a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a>.<br/><br/>Kami dari SMART magazine tentu menilai positif sekali kegiatan kontes bertema wisata tersebut, karena tidak hanya sekedar kontes melainkan mengangkat industri pariwisata tanah air yang cenderung selalu tersisihkan.<br/><br/>Masyarakat kalangan menengah <a name='more'></a>ke atas lebih bangga apabila berwisata ke luar negeri padahal di negeri ini sendiri begitu banyak daerah pariwisata yang sangat indah dan tak kalah menarik untuk dikunjungi. Hal ini memang menjadi catatan tersendiri bagi para pelaku bisnis pariwisata terutama pemerintah daerah bagaimana mengupayakan dan menjaga agar sektor pariwisatanya mampu bertahan bahkan lebih meningkat dari tahun ke tahun.<br/><br/>Salah satu faktor (masalah) umum yang kita dapati pada daerah wisata Indonesia adalah mengenai kebersihan. Hampir seluruh daerah wisata Indonesia tidak dapat menjaga kebersihannya dari sampah-sampah yang berserakan, mungkin hal inilah yang banyak menjadi alasan bagi turis lokal untuk tidak berwisata di negerinya sendiri. Hal ini menjadi PR bagi Pemda setempat.<br/><br/>Seperti yang disebutkan di atas kata kunci kontes SEO ini adalah <a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a>, semoga kontes ini memberikan pencerahan dan dapat menjadi acuan bagi pelaku industri pariwisata Indonesia.<br/><br/>Aturan main dan informasi lebih lanjut mengenai kontes SEO ini dapat Anda akses di website CintaPandeglang.com.<br/><br/>Akhir kata kami dari segenap kru Smart mengucapkan selamat mengikuti kontes SEO <a title="Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang" href="http://hakimtea.net/kenali-dan-kunjungi-objek-wisata-di-pandeglang/">Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang</a>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-7403556198789120612009-08-31T22:49:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.816+08:00Tips Mengurangi SampahGlobal worming atau pemanasan global menjadi isu yang sangat perlu perhatian khusus. Salah satu indikatornya adalah sampah. Istilah sampah sendiri pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat..ih gak enak banget kalo kita dikelilingi sampah!!!...<br/><br/>Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. tapi dengan kretifitas yang kita punya sampah bisa kita manfaatkan untuk ikut <a name='more'></a>serta dalam program pemanasan global, bahkan menghasilkan uang lho… Tentu bangga donk kita menjadi salah satu pesertanya!!!.. terus gimana caranya?.. berikut ini Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dan udah. Ada empat prinsip yang dapat kita gunakan dalam menangani masalah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi:<br/><ol><br/> <li><em>Reduce</em> (Mengurangi); sebisa mungkin kita lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Coz Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.tentunya gak mau dong sampah bertambah terus sampai menyelimuti planet bumi kita yang tercinta…</li><br/> <li><em>Reuse </em>(Memakai kembali); Nah, sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Coba hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.</li><br/> <li><em>Recycle</em> (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, Tentunya dengan kreatifitas dan imajinasi. Walaupun Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak ko’ industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Alias bisa menghasilkan <em>money coy</em>…!</li><br/> <li><em>Replace</em> (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa kita pakai sekali saja dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.</li><br/></ol><br/>Tentunya cara ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO<sub>2 </sub>) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Hebatkan….! Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/ memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi mari mulai dari sekarang kita bebenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa membentuk sampah.<br/><br/>By: Arief Najarudinblogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-22985384495290919612009-06-18T22:18:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.535+08:00Antara Intelegensi & Adab<blockquote>“Eh…jeng, saya bangga deh anak saya bentar lagi jadi dokter,<br/>minggu depan mau wisuda hebat ya anak saya..?!”<br/>“Oh gitu jeng….ya lebih hebat anak saya dong jeng, anak saya tuh dapet beasiswa dari pemerintah buat ngelanjutin S2 di luar negri supaya jadi ekonom hebat …!”<br/>Kontras….disamping ibu-ibu bawel yang lagi ngebanggain anak-anak nya, ada seorang ibu yang Cuma mesem-mesem doank. <a name='more'></a>Ibu itu di tanya oleh salah satu dari ketiga ibu yang lagi unjuk kebanggaan .<br/>“anak jeng gimana? dari tadi ko diem terus cerita dong!”<br/>“ah…..anak saya mah bu Cuma tamatan madrasah Aliyah, ga dilanjutin kuliah, jadi muadzin mushola aja saya mah udah seneng bu..” jawabnya agak minder lalu dibalas senyum sinis terkesan ngejek dari si jeng-jeng yang nge-jengkelin itu.</blockquote><br/>Penggalan cerita diatas menggambarkan seperti apa persepsi yang berbeda-beda dari sebagian masyarakat terhadap pendidikan dan hasilnya, dan bagaimana interpretasi sebuah <span class="fullpost">kata ‘hebat’ dan kesuksesan dalam pendidikan yang berbeda-beda pula di kalangan penduduk negara berkembang ini. Apa kita tertarik pada konsep sukses pendidikan seperti ibu yang mempunyai anak yang bisa adzan dan mampu memakmurkan mushola? atau kita lebih tertarik pada konsep keberhasilan pendidikan seperti ibu yang anaknya mendapat penghargaan dan jaminan dari pemerintah?. Entahlah….. mari kita mengaca diri.</span><br/><br/>Bak seorang anak yang sedang belajar naik sepeda, naik jatuh lalu mencoba naik kemudian kembali terjatuh lagi. Dunia pendidikan di nusantara ini pun mengalami pasang-surut dalam perjalanannya. Dari mulai penyesuaian metode Hindu-Budha ke pendidikan masa Islam, dari perjuangan melalui tekanan, jajahan dan pen-diskriminasi-an pendidikan di masa kolonial yang pada masanya banyak melahirkan tokoh-tokoh pendidikan nasional seperi; Ki Hajar Dewantara, M. Natsir, HAMKA, Sultan Takdir Alisyahbana, Budi Utomo dan sederet pilar pendidikan Indonesia lainnya. Juga dari zaman kemerdekaan hingga era reformasi yang menyisakan hitam-putih pendidikan Indonesia.<br/><br/>Tidak salah bila bangsa ini memberikan apresiasi positif berupa penghargaan semacam bantuan beasiswa atau jaminan lainnya, yang pemerintah berikan kepada anak bangsa berprestasi supaya lebih berhasil, yang di harapkan dapat menambal lubang-lubang perjuangan pendahulu mereka dalam memperbaiki pendidikan masyarakat tanah air sehingga mengharapkan peningkatan signifikan dan mewujudkan masyarakat madani yang berintelektual. Seperti saat ini saja, pendidikan dasar pun sudah dapat dirasakan dan diterima semua lapisan masyarakat tanpa membedakan status social-ekonomi walaupun masih banyak juga anak-anak yang berkeliaran menyambung hidup disaat jam-jam belajar berlangsung. Namun yang menjadi pertanyaan besar, apa dengan penghargaan, beasiswa, serta layanan pendidikan lainnya yang diatur oleh kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini dapat menjamin pendidikan emosi/moral anak bangsa akan terjaga dan sesukses pendidikan intelektualitasnya..??<br/><br/>Disinilah urgennya peran Adab, disamping diterapkannya kecerdasan intelektual masyarakat terutama anak bangsa, adab juga harus menjadi good habbit masyarakat Indonesia. Kecerdasan intelektual saja belum cukup untuk membekali anak negri dalam mengarungi zaman, menjaga martabat bangsa dan mencapai kesuksesan hidup. Karena intelegensi/IQ bukanlah satu-satunya potensi yang berperan dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang sebab selebihnya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti EQ & SQ yang kemudian dipadukan menjadi ESQ. Daniel Goleman menyebutkan bahwa kontribusi IQ terhadap keberhasilan hidup seseorang hanyalah berkisar 20% sementara 80% lainnya ditentukan oleh yang dinamakan EQ. Karena emosional adalah bagian dari adab, dan adab adalah kecerdasan emosional yang ditempa dengan kecerdasan spiritual.<br/><br/>Parlindungan Marpaung penulis buku best seller “Setengah Isi Setengah Kosong”, diakhir penutup pada bukunya “Fulfilling Life” ia menulis sebuah do’a yang indah untuk anaknya; “Tuhan..berilah hamba seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan mengenal diri sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan..”. Indah bukan? Itulah perpaduan Emotional Quotient dan Spiritual Quotient yang dipinta Marpaung untuk mendidik anaknya. Itulah Adab.<br/><br/>Kata ‘al-Adabu’ pada masa kejayaan Islam digunakan dalam arti umum, yaitu semua ilmu pengetahuan (Az-Zubaidi I:144). Menurut Ma’luf selain digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan juga untuk ilmu yang khusus berkaitan dengan keindahan atau sastra. Disini menunjukkan adanya perubahan makna dari umum menjadi khusus. Kata ‘al-Adabu’ dalam bahasa Arab bermakna ‘husnul akhlaaq wa fi’lul makaarim’ yakni budi pekerti yang baik dan perilaku yang terpuji. Kemudian kata itu berarti pula ‘adh-Dhorfu’ yaitu sopan santun, dan ‘riyaadlotun nafsi wa mahaasinul akhlaaq’ yang berarti melatih/mendidik jiwa dan memperbaiki akhlak. Kata-kata ini menunjukkan kepada makna akhlak yang baik.<br/><br/>Pendidikan moral atau yang dikenal dengan adab harus lebih dini diberikan kepada seorang anak sebelum diberikannya pengajaran ilmu pengetahuan lain. Karena adab adalah pondasi kuat semua ilmu pengetahuan dan kebijaksanaaan. Hal ini menunjukkan pada proses ta’dib terjadi sebelum ta’lim, makna ini sejalan dengan hadits Nabi s.a.w dari Anas r.a riwayat Ibnu Hibban (lihat juga Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori jilid I hal 190). Hal ini juga diperkuat oleh pendapat M. Nashih Ulwan yang intinya menjelaskan, anak usia 7-14 tahun adalah fase yang yang wajib dipupuk pendidikan adab, lalu usia 14-16 lebih di beri pengajaran-pengajaran lain. Hal ini tidak berarti ilmu pengetahuan tidak boleh/tidak penting di berikan sejak kecil namun pendidikan adab mendapat prioritas utama, sehingga setelah berilmu tidak hanya pintar tetapi cerdas dan beradab.<br/><br/>Seperti kalimat dari do’a seorang Marpaung diatas, kalimat ‘mengenal Tuhan’ dengan ‘mengenal diri sendiri’ disebut sebelum kata ‘ilmu’ dan kontekstualnya dijadikan landasan ilmu pengetahuan. Juga seperti sebuah cerita dalam bahasa arab yang mengisahkan Pangeran Inggris saat kecil yang malas belajar dan mempunyai kesombongan terhadap gurunya bahwa ia akan menjadi seorang raja. Ayahnya, Raja Inggris menegur “..kaifa takuunu maalikan idza lam tataadzdzab wa tata’allam..?!”, bagaimana engkau akan menjadi seorang raja jika tidak beradab dan berilmu. Disini kata ‘tataadzdzab’ yang berarti beradab, disebut sebelum kalimat ‘tata’allam’ yang berarti berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan moral/adab merupakan pendidikan yang pertama dan utama.<br/><br/>Hal ini yang harus diperhatikan lebih serius oleh para praktisi pendidikan dan dikaji lebih lanjut oleh pemerintah untuk diterapkan pada system pendidikan Indonesia. Apa gunanya bila berilmu tapi tak beradab? Apa gunanya berintelektualitas tinggi namun bermental bobrok? Apa gunanya menjadi dokter hebat bila ilmunya disalah gunakan? Apa gunanya menjadi ekonom hebat namun malah menipu rakyat?. Bahkan seorang pengurus mushola yang tidak mampu belajar di perguruan tinggi tetapi mempunyai adab lebih mulia dari pada mereka yang menyalah gunakan ilmunya. Wallahu ‘alam []<br/><br/>Oleh : Ayyash Aqiel (Pendidikan Sejarah)blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-84085136766255798572009-06-18T15:18:00.000+08:002009-06-18T20:58:50.308+08:00Antara Intelegensi & Adab<blockquote> “Eh…jeng, saya bangga deh anak saya bentar lagi jadi dokter,<br /> minggu depan mau wisuda hebat ya anak saya..?!”<br /> “Oh gitu jeng….ya lebih hebat anak saya dong jeng, anak saya tuh dapet beasiswa dari pemerintah buat ngelanjutin S2 di luar negri supaya jadi ekonom hebat …!”<br />Kontras….disamping ibu-ibu bawel yang lagi ngebanggain anak-anak nya, ada seorang ibu yang Cuma mesem-mesem doank. Ibu itu di tanya oleh salah satu dari ketiga ibu yang lagi unjuk kebanggaan .<br />“anak jeng gimana? dari tadi ko diem terus cerita dong!”<br />“ah…..anak saya mah bu Cuma tamatan madrasah Aliyah, ga dilanjutin kuliah, jadi muadzin mushola aja saya mah udah seneng bu..” jawabnya agak minder lalu dibalas senyum sinis terkesan ngejek dari si jeng-jeng yang nge-jengkelin itu.</blockquote><br /><br /> Penggalan cerita diatas menggambarkan seperti apa persepsi yang berbeda-beda dari sebagian masyarakat terhadap pendidikan dan hasilnya, dan bagaimana interpretasi sebuah <span class="fullpost">kata ‘hebat’ dan kesuksesan dalam pendidikan yang berbeda-beda pula di kalangan penduduk negara berkembang ini. Apa kita tertarik pada konsep sukses pendidikan seperti ibu yang mempunyai anak yang bisa adzan dan mampu memakmurkan mushola? atau kita lebih tertarik pada konsep keberhasilan pendidikan seperti ibu yang anaknya mendapat penghargaan dan jaminan dari pemerintah?. Entahlah….. mari kita mengaca diri.<br /><br /> Bak seorang anak yang sedang belajar naik sepeda, naik jatuh lalu mencoba naik kemudian kembali terjatuh lagi. Dunia pendidikan di nusantara ini pun mengalami pasang-surut dalam perjalanannya. Dari mulai penyesuaian metode Hindu-Budha ke pendidikan masa Islam, dari perjuangan melalui tekanan, jajahan dan pen-diskriminasi-an pendidikan di masa kolonial yang pada masanya banyak melahirkan tokoh-tokoh pendidikan nasional seperi; Ki Hajar Dewantara, M. Natsir, HAMKA, Sultan Takdir Alisyahbana, Budi Utomo dan sederet pilar pendidikan Indonesia lainnya. Juga dari zaman kemerdekaan hingga era reformasi yang menyisakan hitam-putih pendidikan Indonesia.<br /><br /> Tidak salah bila bangsa ini memberikan apresiasi positif berupa penghargaan semacam bantuan beasiswa atau jaminan lainnya, yang pemerintah berikan kepada anak bangsa berprestasi supaya lebih berhasil, yang di harapkan dapat menambal lubang-lubang perjuangan pendahulu mereka dalam memperbaiki pendidikan masyarakat tanah air sehingga mengharapkan peningkatan signifikan dan mewujudkan masyarakat madani yang berintelektual. Seperti saat ini saja, pendidikan dasar pun sudah dapat dirasakan dan diterima semua lapisan masyarakat tanpa membedakan status social-ekonomi walaupun masih banyak juga anak-anak yang berkeliaran menyambung hidup disaat jam-jam belajar berlangsung. Namun yang menjadi pertanyaan besar, apa dengan penghargaan, beasiswa, serta layanan pendidikan lainnya yang diatur oleh kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini dapat menjamin pendidikan emosi/moral anak bangsa akan terjaga dan sesukses pendidikan intelektualitasnya..??<br /><br /> Disinilah urgennya peran Adab, disamping diterapkannya kecerdasan intelektual masyarakat terutama anak bangsa, adab juga harus menjadi good habbit masyarakat Indonesia. Kecerdasan intelektual saja belum cukup untuk membekali anak negri dalam mengarungi zaman, menjaga martabat bangsa dan mencapai kesuksesan hidup. Karena intelegensi/IQ bukanlah satu-satunya potensi yang berperan dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang sebab selebihnya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti EQ & SQ yang kemudian dipadukan menjadi ESQ. Daniel Goleman menyebutkan bahwa kontribusi IQ terhadap keberhasilan hidup seseorang hanyalah berkisar 20% sementara 80% lainnya ditentukan oleh yang dinamakan EQ. Karena emosional adalah bagian dari adab, dan adab adalah kecerdasan emosional yang ditempa dengan kecerdasan spiritual.<br /><br />Parlindungan Marpaung penulis buku best seller “Setengah Isi Setengah Kosong”, diakhir penutup pada bukunya “Fulfilling Life” ia menulis sebuah do’a yang indah untuk anaknya; “Tuhan..berilah hamba seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan mengenal diri sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan..”. Indah bukan? Itulah perpaduan Emotional Quotient dan Spiritual Quotient yang dipinta Marpaung untuk mendidik anaknya. Itulah Adab.<br /><br /> Kata ‘al-Adabu’ pada masa kejayaan Islam digunakan dalam arti umum, yaitu semua ilmu pengetahuan (Az-Zubaidi I:144). Menurut Ma’luf selain digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan juga untuk ilmu yang khusus berkaitan dengan keindahan atau sastra. Disini menunjukkan adanya perubahan makna dari umum menjadi khusus. Kata ‘al-Adabu’ dalam bahasa Arab bermakna ‘husnul akhlaaq wa fi’lul makaarim’ yakni budi pekerti yang baik dan perilaku yang terpuji. Kemudian kata itu berarti pula ‘adh-Dhorfu’ yaitu sopan santun, dan ‘riyaadlotun nafsi wa mahaasinul akhlaaq’ yang berarti melatih/mendidik jiwa dan memperbaiki akhlak. Kata-kata ini menunjukkan kepada makna akhlak yang baik.<br /><br /> Pendidikan moral atau yang dikenal dengan adab harus lebih dini diberikan kepada seorang anak sebelum diberikannya pengajaran ilmu pengetahuan lain. Karena adab adalah pondasi kuat semua ilmu pengetahuan dan kebijaksanaaan. Hal ini menunjukkan pada proses ta’dib terjadi sebelum ta’lim, makna ini sejalan dengan hadits Nabi s.a.w dari Anas r.a riwayat Ibnu Hibban (lihat juga Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori jilid I hal 190). Hal ini juga diperkuat oleh pendapat M. Nashih Ulwan yang intinya menjelaskan, anak usia 7-14 tahun adalah fase yang yang wajib dipupuk pendidikan adab, lalu usia 14-16 lebih di beri pengajaran-pengajaran lain. Hal ini tidak berarti ilmu pengetahuan tidak boleh/tidak penting di berikan sejak kecil namun pendidikan adab mendapat prioritas utama, sehingga setelah berilmu tidak hanya pintar tetapi cerdas dan beradab.<br /><br /> Seperti kalimat dari do’a seorang Marpaung diatas, kalimat ‘mengenal Tuhan’ dengan ‘mengenal diri sendiri’ disebut sebelum kata ‘ilmu’ dan kontekstualnya dijadikan landasan ilmu pengetahuan. Juga seperti sebuah cerita dalam bahasa arab yang mengisahkan Pangeran Inggris saat kecil yang malas belajar dan mempunyai kesombongan terhadap gurunya bahwa ia akan menjadi seorang raja. Ayahnya, Raja Inggris menegur “..kaifa takuunu maalikan idza lam tataadzdzab wa tata’allam..?!”, bagaimana engkau akan menjadi seorang raja jika tidak beradab dan berilmu. Disini kata ‘tataadzdzab’ yang berarti beradab, disebut sebelum kalimat ‘tata’allam’ yang berarti berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan moral/adab merupakan pendidikan yang pertama dan utama.<br /><br /> Hal ini yang harus diperhatikan lebih serius oleh para praktisi pendidikan dan dikaji lebih lanjut oleh pemerintah untuk diterapkan pada system pendidikan Indonesia. Apa gunanya bila berilmu tapi tak beradab? Apa gunanya berintelektualitas tinggi namun bermental bobrok? Apa gunanya menjadi dokter hebat bila ilmunya disalah gunakan? Apa gunanya menjadi ekonom hebat namun malah menipu rakyat?. Bahkan seorang pengurus mushola yang tidak mampu belajar di perguruan tinggi tetapi mempunyai adab lebih mulia dari pada mereka yang menyalah gunakan ilmunya. Wallahu ‘alam []<br /><br />Oleh : Ayyash Aqiel (Pendidikan Sejarah)<br /><br /><br /></span>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-77303379246022149492009-06-17T22:13:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.361+08:00Mengintip Sejarah Pendidikan Indonesia Masa KolonialSejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang <a name='more'></a>rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.<br/><br/>Kesulitan keuangan dari Belanda akibat Perang Dipenogoro pada tahun 1825 sampai 1830 (Mestoko dkk,1985:11, Mubyarto,1987:26) serta perang Belanda dan Belgia (1830-1839) mengeluarkan biaya yang mahal dan menelan banyak korban. Belanda membuat siasat agar pengeluaran untuk peperangan dapat ditutupi dari negara jajahan. Kerja paksa dianggap cara yang paling ampuh untuk memperoleh keuntungan yang maksimal yang dikenal dengan cultuurstelsel atau tanam paksa (Nasution, 1987:11). Kerja paksa dapat dijalankan sebagai cara yang praktis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Rakyat miskin selalu menjadi bagian yang dirugikan karena digunakan sebagai tenaga kerja murah. Rakyat miskin yang sebagian bekerja sebagai petani juga dimanfaatkan untuk menambah kas negara penguasa.<br/><br/>Untuk melancarkan misi pendidikan demi pemenuhan tenaga kerja murah, pemerintah mengusahakan agar bahasa Belanda bisa diujarkan oleh masyarakat untuk mempermudah komunikasi antara pribumi dan Belanda. Lalu, bahasa Belanda menjadi syarat Klein Ambtenaarsexamen atau ujian pegawai rendah pemerintah pada tahun 1864. (Nasution, 1987:7). Syarat tersebut harus dipenuhi para calon pegawai yang akan digaji murah. Pegawai sedapat mungkin dipilih dari anak-anak kaum ningrat yang telah mempunyai kekuasaan tradisional dan berpendidikan untuk menjamin keberhasilan perusahaan (Nasution, 1987:12). Jadi, anak dari kaum ningrat dianggap dapat membantu menjamin hasil tanam paksa lebih efektif, karena masyarakat biasa mengukuti perintah para ningrat. Suatu keadaan yang sangat ironis, kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan sosial yaitu golongan yang dipertuan (orang Belanda) dan golongan pribumi sendiri terdapat golongan bangsawan dan orang kebanyakan.<br/><br/>Pemerintah Belanda lambat laun seolah-olah bertanggung jawab atas pendidikan anak Indonesia melalui politik etis. Politik etis dijalankan berdasarkan faktor ekonomi di dalam maupun di luar Indonesia, seperti kebangkitan Asia, timbulnya Jepang sebagai Negara modern yang mampu menaklukkan Rusia, dan perang dunia pertama (Nasution, 1987:17). Politik etis terutama sebagai alat perusahaan raksasa yang bermotif ekonomis agar upah kerja serendah mungkin untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Irigasi, transmigrasi, dan pendidikan yang dicanangkan sebagai kedok untuk siasat meraup keuntungan. Irigasi dibuat agar panen padi tidak terancam gagal dan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Transmigrasi berfungsi untuk penyebaran tenaga kerja, salah satunya untuk pekerja perkebunan. Politik etis menjadi program yang merugikan rakyat.<br/><br/>Pendidikan dasar berkembang sampai tahun 1930 dan terhambat karena krisis dunia, tidak terkecuali menerpa Hindia Belanda yang disebut mangalami malaise (Mestoko dkk, 1985 :123). Masa krisis ekonomi merintangi perkembangan lembaga pendidikan. Lalu, lembaga pendidikan dibuat dengan biaya yang lebih murah. Kebijakan yang dibuat termasuk penyediaan tenaga pengajar yang terdiri dari tenaga guru untuk sekolah dasar yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru (Mestoko, 1985:158), bahkan lulusan sekolah kelas dua dianggap layak menjadi guru. Masalah lain yang paling mendasar adalah penduduk sulit mendapatkan uang sehingga pendidikan bagi orang kurang mampu merupakan beban yang berat. Jadi, pendidikan semakin sulit dijangkau oleh orang kebanyakan. Pendidikan dibuat untuk alat penguasa, orang kebanyakan menjadi target yang empuk diberi pengetahuan untuk dijadikan tenaga kerja yang murah.<br/><br/>Pendidikan dibuat oleh Belanda memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, gradualisme yang luar biasa untuk penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua, dualisme diartikan berlaku dua sistem pemerintahan, pengadilan dari hukum tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pendidikan anak Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.<br/><br/>Pemerintah Belanda berada dibawah kontrol Gubernur Jenderal yang menjalankan pemerintahan atas nama raja Belanda. Pendidikan dikontrol secara sentral, guru dan orang tua tidak mempunyai pengeruh langsung politik pendidikan. Keempat, Pendidikan beguna untuk merekrut pegawai. Pendidikan bertujuan untuk mendidik anak-anak menjadi pegawai perkebunan sebagai tenaga kerja yang murah. Kelima, prinsip konkordasi yang menjaga agar sekolah di Hindia Belanda mempunyai kurikulum dan standar yang sama dengan sekolah di negeri Belanda, anak Indonesia tidak berhak sekolah di pendidikan Belanda. Keenam, tidak adanya organisasi yang sistematis. Pendidikan dengan ciri-cri tersebut diatas hanya merugikan anak-anak kurang mampu. Pemerintah Belanda lebih mementingkan keuntungan ekonomi daripada perkembangan pengetahuan anak-anak Indonesia.<br/><br/>Pemerintah Belanda juga membuat sekolah desa. Sekolah desa sebagai siasat untuk mengeluarkan biaya yang murah. Sekolah desa diciptakan pada tahun 1907. Tipe sekolah desa yang dianggap paling cocok oleh Gubernur Jendral Van Heutz sebagai sekolah murah dan tidak mengasingkan dari kehidupan agraris (Nasution, 1987:78). Kalau lembaga pendidikan disamakan dengan sekolah kelas dua, pemerintah takut penduduk tidak bekerja lagi di sawah. Penduduk diupayakan tetap menjadi tenaga kerja demi pengamankan hasil panen.<br/><br/>Sekolah desa dibuat dengan biaya serendah mungkin. Pesantren diubah menjadi madrasah yang memiliki kurikulum bersifat umum. Pesatren dibumbui dengan pengetahuan umum. Cara tersebut dianggap efektif, sehingga pemerintah tidak usah membangun sekolah dan mengeluarkan biaya (Nasution, 1987:80). Guru sekolah diambil dari lulusan sekolah kelas dua, dianggap sanggup menjadi guru sekolah desa. Guru yang lebih baik akan digaji lebih mahal dan tidak bersedia untuk mengajar di lingkungan desa.<br/><br/>Masa penjajahan Belanda berkaitan dengan pendidikan merupakan catatan sejarah yang kelam. Penjajah membuat pendidikan sebagai alat untuk meraup keuntungan melalui tenaga kerja murah. Sekolah juga dibuat dengan biaya yang murah, agar tidak membebani kas pemerintah. Politik etis menjadi tidak etis dalam pelaksanaannya, kepentingan biaya perang yang sangat mendesak dan berbagai masalah lain menjadi kenyataan yang tercatat dalam sejarah pendidikan masa Belanda.<br/><br/>Belanda digantikan oleh kekuasaan Jepang. Jepang membawa ide kebangkitan Asia yang tidak kalah liciknya dari Belanda. Pendidikan semakin menyedihkan dan dibuat untuk menyediakan tenaga cuma-cuma (romusha) dan kebutuhan prajurit demi kepentingan perang Jepang (Mestoko, 1985 dkk:138). Sistem penggolongan dihapuskan oleh Jepang. Rakyat menjadi alat kekuasaan Jepang untuk kepentingan perang. Pendidikan pada masa kekuasaan Jepang memiliki landasan idiil hakko Iciu yang mengajak bangsa Indonesia berkerjasama untuk mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Pelajar harus mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi yang ketat.<br/><br/>Sejarah Belanda sampai Jepang dipahami sebagai alur penjelasan kalau pendidikan digunakan sebagai alat komoditas oleh penguasa. Pendidikan dibuat dan diajarkan untuk melatih orang-orang menjadi tenaga kerja yang murah. Runtutan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikan pendidikan sebagai senjata ampuh untuk menempatkan penduduk sebagai pendukung biaya untuk perang melalui berbagai sumber pendapatan pihak penjajah. Pendidikan pula yang akan dikembangkan untuk membangun negara Indonesia setelah merdeka.<br/><br/>Setelah kemerdekaan, perubahan bersifat sangat mendasar yaitu menyangkut penyesuaian bidang pendidikan. Badan pekerja KNIP mengusulkan kepada kementrian pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan supaya cepat untuk menyediakan dan mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok usaha pendidikan (Mestoko, 1985:145). Lalu, pemerintah mengadakan program pemberantasan buta huruf. Program buta huruf tidak mudah dilaksanakan dengan berbagai keterbatasan sumber daya, kendala gedung sekolah dan guru. Kementrian PP dan K juga mengadakan usaha menambah guru melalui kursus selama dua tahun. Kursus bahasa jawa, bahasa Inggris, ilmu bumi, dan ilmu pasti(Mestoko dkk, 1985:161). Program tersebut menunjukkan jumlah orang yang buta huruf seluruh Indonesia sekitar 32,21 juta (kurang lebih 40%), buta huruf pada tahun 1971. Buta huruf yang dimaksud adalah buta huruf latin (Mestoko dkk, 1985:327). Jadi, kegiatan pemberantasan buta huruf di pedesaan yang diprogramkan oleh pemerintah untuk menanggulangi angka buta aksara di Indonesia dan buta pengetahuan dasar, tetapi pendidikan kurang lebih tidak berdampak pada rumah tangga kurang mampu.<br/><br/>Kemerdekaan Indonesia tidak membuat nasib orang tidak mampu terutama dari sektor pertanian menjadi lebih baik. Pemaksaan atau perintah halus gampang muncul kembali, contoh yang paling terkenal dengan akibat yang hampir serupa seperti cara-cara dan praktek pada jaman Jepang, bimas gotong royong yang diadakan pada tahun 1968-1969 disebut bimas gotong royong karena merupakan usaha gotong royong antara pemerintah dan swasta (asing dan nasional) untuk meyelenggarakan intensifikasi pertanian dengan menggunakan metode Bimas (Fakih, 2002:277, Mubyarto, 1987:37). Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi beras dalam waktu sesingkat mungkin dengan mengenalkan bibit padi unggul baru yaitu Peta Baru (PB) 5 dan PB 8.37. Pada jaman penjajahan Belanda juga pernah dilakukan cultuurstelsel, Jepang memaksakan penanaman bibit dari Taiwan. Jadi, rakyat dipaksakan mengikuti kemauan dari pihak penguasa. Cara tersebut kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai cara untuk menghasilkan panen yang lebih maksimal. Muller (1979:73) menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia bahwa sebagaian besar masyarakat yang masih hidup dalam kemiskinan, paling-paling hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup yang paling minim, dan hampir tidak bisa beradaptasi aktif sedangkan golongan atas hidup dalam kemewahan.<br/><br/>Pendidikan pada masa Belanda, Jepang dan setelah kemerdekaan sulit dicapai oleh orang-orang dari rumah tangga kurang mampu. Mereka diajarkan dan diberi pengetahuan untuk kepentingan pihak penguasa. Mereka dijadikan tenaga kerja yang diandalkan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Setelah jaman kemerdekaan, rakyat dari rumah tangga kurang mampu terus menjadi sumber pemaksaan secara halus untuk pengembangan bibit padi unggul. Pendidikan sebagai alat penguasa untuk mengembangkan program yang dianggap dapat mendukung peningkatan pemasukan pemerintah.<br/><br/>*) Ayyash ‘Aqiel (Pendidikan Sejarah) dari beberapa sumber.blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-76085353929331106002009-06-17T15:13:00.001+08:002009-06-17T15:17:59.202+08:00Mengintip Sejarah Pendidikan Indonesia Masa KolonialSejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.<span class="fullpost"><br /><br />Kesulitan keuangan dari Belanda akibat Perang Dipenogoro pada tahun 1825 sampai 1830 (Mestoko dkk,1985:11, Mubyarto,1987:26) serta perang Belanda dan Belgia (1830-1839) mengeluarkan biaya yang mahal dan menelan banyak korban. Belanda membuat siasat agar pengeluaran untuk peperangan dapat ditutupi dari negara jajahan. Kerja paksa dianggap cara yang paling ampuh untuk memperoleh keuntungan yang maksimal yang dikenal dengan cultuurstelsel atau tanam paksa (Nasution, 1987:11). Kerja paksa dapat dijalankan sebagai cara yang praktis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Rakyat miskin selalu menjadi bagian yang dirugikan karena digunakan sebagai tenaga kerja murah. Rakyat miskin yang sebagian bekerja sebagai petani juga dimanfaatkan untuk menambah kas negara penguasa.<br /><br />Untuk melancarkan misi pendidikan demi pemenuhan tenaga kerja murah, pemerintah mengusahakan agar bahasa Belanda bisa diujarkan oleh masyarakat untuk mempermudah komunikasi antara pribumi dan Belanda. Lalu, bahasa Belanda menjadi syarat Klein Ambtenaarsexamen atau ujian pegawai rendah pemerintah pada tahun 1864. (Nasution, 1987:7). Syarat tersebut harus dipenuhi para calon pegawai yang akan digaji murah. Pegawai sedapat mungkin dipilih dari anak-anak kaum ningrat yang telah mempunyai kekuasaan tradisional dan berpendidikan untuk menjamin keberhasilan perusahaan (Nasution, 1987:12). Jadi, anak dari kaum ningrat dianggap dapat membantu menjamin hasil tanam paksa lebih efektif, karena masyarakat biasa mengukuti perintah para ningrat. Suatu keadaan yang sangat ironis, kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan sosial yaitu golongan yang dipertuan (orang Belanda) dan golongan pribumi sendiri terdapat golongan bangsawan dan orang kebanyakan.<br /><br />Pemerintah Belanda lambat laun seolah-olah bertanggung jawab atas pendidikan anak Indonesia melalui politik etis. Politik etis dijalankan berdasarkan faktor ekonomi di dalam maupun di luar Indonesia, seperti kebangkitan Asia, timbulnya Jepang sebagai Negara modern yang mampu menaklukkan Rusia, dan perang dunia pertama (Nasution, 1987:17). Politik etis terutama sebagai alat perusahaan raksasa yang bermotif ekonomis agar upah kerja serendah mungkin untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Irigasi, transmigrasi, dan pendidikan yang dicanangkan sebagai kedok untuk siasat meraup keuntungan. Irigasi dibuat agar panen padi tidak terancam gagal dan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Transmigrasi berfungsi untuk penyebaran tenaga kerja, salah satunya untuk pekerja perkebunan. Politik etis menjadi program yang merugikan rakyat.<br /><br />Pendidikan dasar berkembang sampai tahun 1930 dan terhambat karena krisis dunia, tidak terkecuali menerpa Hindia Belanda yang disebut mangalami malaise (Mestoko dkk, 1985 :123). Masa krisis ekonomi merintangi perkembangan lembaga pendidikan. Lalu, lembaga pendidikan dibuat dengan biaya yang lebih murah. Kebijakan yang dibuat termasuk penyediaan tenaga pengajar yang terdiri dari tenaga guru untuk sekolah dasar yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru (Mestoko, 1985:158), bahkan lulusan sekolah kelas dua dianggap layak menjadi guru. Masalah lain yang paling mendasar adalah penduduk sulit mendapatkan uang sehingga pendidikan bagi orang kurang mampu merupakan beban yang berat. Jadi, pendidikan semakin sulit dijangkau oleh orang kebanyakan. Pendidikan dibuat untuk alat penguasa, orang kebanyakan menjadi target yang empuk diberi pengetahuan untuk dijadikan tenaga kerja yang murah.<br /><br />Pendidikan dibuat oleh Belanda memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, gradualisme yang luar biasa untuk penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua, dualisme diartikan berlaku dua sistem pemerintahan, pengadilan dari hukum tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pendidikan anak Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.<br /><br />Pemerintah Belanda berada dibawah kontrol Gubernur Jenderal yang menjalankan pemerintahan atas nama raja Belanda. Pendidikan dikontrol secara sentral, guru dan orang tua tidak mempunyai pengeruh langsung politik pendidikan. Keempat, Pendidikan beguna untuk merekrut pegawai. Pendidikan bertujuan untuk mendidik anak-anak menjadi pegawai perkebunan sebagai tenaga kerja yang murah. Kelima, prinsip konkordasi yang menjaga agar sekolah di Hindia Belanda mempunyai kurikulum dan standar yang sama dengan sekolah di negeri Belanda, anak Indonesia tidak berhak sekolah di pendidikan Belanda. Keenam, tidak adanya organisasi yang sistematis. Pendidikan dengan ciri-cri tersebut diatas hanya merugikan anak-anak kurang mampu. Pemerintah Belanda lebih mementingkan keuntungan ekonomi daripada perkembangan pengetahuan anak-anak Indonesia.<br /><br />Pemerintah Belanda juga membuat sekolah desa. Sekolah desa sebagai siasat untuk mengeluarkan biaya yang murah. Sekolah desa diciptakan pada tahun 1907. Tipe sekolah desa yang dianggap paling cocok oleh Gubernur Jendral Van Heutz sebagai sekolah murah dan tidak mengasingkan dari kehidupan agraris (Nasution, 1987:78). Kalau lembaga pendidikan disamakan dengan sekolah kelas dua, pemerintah takut penduduk tidak bekerja lagi di sawah. Penduduk diupayakan tetap menjadi tenaga kerja demi pengamankan hasil panen.<br /><br />Sekolah desa dibuat dengan biaya serendah mungkin. Pesantren diubah menjadi madrasah yang memiliki kurikulum bersifat umum. Pesatren dibumbui dengan pengetahuan umum. Cara tersebut dianggap efektif, sehingga pemerintah tidak usah membangun sekolah dan mengeluarkan biaya (Nasution, 1987:80). Guru sekolah diambil dari lulusan sekolah kelas dua, dianggap sanggup menjadi guru sekolah desa. Guru yang lebih baik akan digaji lebih mahal dan tidak bersedia untuk mengajar di lingkungan desa.<br /><br />Masa penjajahan Belanda berkaitan dengan pendidikan merupakan catatan sejarah yang kelam. Penjajah membuat pendidikan sebagai alat untuk meraup keuntungan melalui tenaga kerja murah. Sekolah juga dibuat dengan biaya yang murah, agar tidak membebani kas pemerintah. Politik etis menjadi tidak etis dalam pelaksanaannya, kepentingan biaya perang yang sangat mendesak dan berbagai masalah lain menjadi kenyataan yang tercatat dalam sejarah pendidikan masa Belanda.<br /><br />Belanda digantikan oleh kekuasaan Jepang. Jepang membawa ide kebangkitan Asia yang tidak kalah liciknya dari Belanda. Pendidikan semakin menyedihkan dan dibuat untuk menyediakan tenaga cuma-cuma (romusha) dan kebutuhan prajurit demi kepentingan perang Jepang (Mestoko, 1985 dkk:138). Sistem penggolongan dihapuskan oleh Jepang. Rakyat menjadi alat kekuasaan Jepang untuk kepentingan perang. Pendidikan pada masa kekuasaan Jepang memiliki landasan idiil hakko Iciu yang mengajak bangsa Indonesia berkerjasama untuk mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Pelajar harus mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi yang ketat.<br /><br />Sejarah Belanda sampai Jepang dipahami sebagai alur penjelasan kalau pendidikan digunakan sebagai alat komoditas oleh penguasa. Pendidikan dibuat dan diajarkan untuk melatih orang-orang menjadi tenaga kerja yang murah. Runtutan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikan pendidikan sebagai senjata ampuh untuk menempatkan penduduk sebagai pendukung biaya untuk perang melalui berbagai sumber pendapatan pihak penjajah. Pendidikan pula yang akan dikembangkan untuk membangun negara Indonesia setelah merdeka.<br /><br />Setelah kemerdekaan, perubahan bersifat sangat mendasar yaitu menyangkut penyesuaian bidang pendidikan. Badan pekerja KNIP mengusulkan kepada kementrian pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan supaya cepat untuk menyediakan dan mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok usaha pendidikan (Mestoko, 1985:145). Lalu, pemerintah mengadakan program pemberantasan buta huruf. Program buta huruf tidak mudah dilaksanakan dengan berbagai keterbatasan sumber daya, kendala gedung sekolah dan guru. Kementrian PP dan K juga mengadakan usaha menambah guru melalui kursus selama dua tahun. Kursus bahasa jawa, bahasa Inggris, ilmu bumi, dan ilmu pasti(Mestoko dkk, 1985:161). Program tersebut menunjukkan jumlah orang yang buta huruf seluruh Indonesia sekitar 32,21 juta (kurang lebih 40%), buta huruf pada tahun 1971. Buta huruf yang dimaksud adalah buta huruf latin (Mestoko dkk, 1985:327). Jadi, kegiatan pemberantasan buta huruf di pedesaan yang diprogramkan oleh pemerintah untuk menanggulangi angka buta aksara di Indonesia dan buta pengetahuan dasar, tetapi pendidikan kurang lebih tidak berdampak pada rumah tangga kurang mampu.<br /><br />Kemerdekaan Indonesia tidak membuat nasib orang tidak mampu terutama dari sektor pertanian menjadi lebih baik. Pemaksaan atau perintah halus gampang muncul kembali, contoh yang paling terkenal dengan akibat yang hampir serupa seperti cara-cara dan praktek pada jaman Jepang, bimas gotong royong yang diadakan pada tahun 1968-1969 disebut bimas gotong royong karena merupakan usaha gotong royong antara pemerintah dan swasta (asing dan nasional) untuk meyelenggarakan intensifikasi pertanian dengan menggunakan metode Bimas (Fakih, 2002:277, Mubyarto, 1987:37). Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi beras dalam waktu sesingkat mungkin dengan mengenalkan bibit padi unggul baru yaitu Peta Baru (PB) 5 dan PB 8.37. Pada jaman penjajahan Belanda juga pernah dilakukan cultuurstelsel, Jepang memaksakan penanaman bibit dari Taiwan. Jadi, rakyat dipaksakan mengikuti kemauan dari pihak penguasa. Cara tersebut kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai cara untuk menghasilkan panen yang lebih maksimal. Muller (1979:73) menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia bahwa sebagaian besar masyarakat yang masih hidup dalam kemiskinan, paling-paling hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup yang paling minim, dan hampir tidak bisa beradaptasi aktif sedangkan golongan atas hidup dalam kemewahan.<br /><br />Pendidikan pada masa Belanda, Jepang dan setelah kemerdekaan sulit dicapai oleh orang-orang dari rumah tangga kurang mampu. Mereka diajarkan dan diberi pengetahuan untuk kepentingan pihak penguasa. Mereka dijadikan tenaga kerja yang diandalkan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Setelah jaman kemerdekaan, rakyat dari rumah tangga kurang mampu terus menjadi sumber pemaksaan secara halus untuk pengembangan bibit padi unggul. Pendidikan sebagai alat penguasa untuk mengembangkan program yang dianggap dapat mendukung peningkatan pemasukan pemerintah.<br /><br />*) Ayyash ‘Aqiel (Pendidikan Sejarah) dari beberapa sumber.<br /></span>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-36415616658455609992009-06-03T22:18:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.321+08:00Ucing Jeung AnjingDi hiji kampung, aya aki-aki jeung incuna diuk dina jolodog imahna bari maraban hayam piaraannana. Teu kungsi lila aya ucing di udag anjing. Ningali kajadian eta si incu langsung nanya ka akina.<br/><br/>Incu : Ki, naha ucing jeung anjing bet pasea wae?<br/>Aki : Gara-garana teh baheula ucing pernah maok lauk nu anjing, jadi weh tepi ka ayeuna ucing jeung anjing teu akur!<a name='more'></a><br/>Incu : Terus naha ucing mun modol sok di ruang?<span class="fullpost"><br/>Aki : Sabab basa ucing maok lauk nu anjing tea, ucing teh di udag-udag ku anjing tepi ka ucing teh naek kana tatangkalan. Kusabab anjing teu bisa naek, nya anjing teh ngancam ka ucing!<br/>Incu : Ngancam kumaha ki?<br/>Aki : Kieu ceuk anjing teh : lamun sia turun ku dewek hakan sia jeung tai-taina. Tah saprek eta, unggal modol ucing sok ngaruang taina da sieun kapangih ku anjing.<br/>Incu : Terus naha tai ucing bet bau haseum?<br/>Aki : Sabab ucing mikir, lamun taina kapangih ku anjing, si anjing bakal nyangka taina geus haseum jadi anjing moal daekeun ngahakan.<br/>Incu : Ooooh kitu!!!!</span><br/><br/>UCING JEUNG ANJING<br/>By : Kusnadiblogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-14732319054113893852009-06-03T15:18:00.000+08:002009-06-03T15:18:02.134+08:00Ucing Jeung AnjingDi hiji kampung, aya aki-aki jeung incuna diuk dina jolodog imahna bari maraban hayam piaraannana. Teu kungsi lila aya ucing di udag anjing. Ningali kajadian eta si incu langsung nanya ka akina.<br /><br />Incu : Ki, naha ucing jeung anjing bet pasea wae?<br />Aki : Gara-garana teh baheula ucing pernah maok lauk nu anjing, jadi weh tepi ka ayeuna ucing jeung anjing teu akur!<br />Incu : Terus naha ucing mun modol sok di ruang?<span class="fullpost"><br />Aki : Sabab basa ucing maok lauk nu anjing tea, ucing teh di udag-udag ku anjing tepi ka ucing teh naek kana tatangkalan. Kusabab anjing teu bisa naek, nya anjing teh ngancam ka ucing!<br />Incu : Ngancam kumaha ki?<br />Aki : Kieu ceuk anjing teh : lamun sia turun ku dewek hakan sia jeung tai-taina. Tah saprek eta, unggal modol ucing sok ngaruang taina da sieun kapangih ku anjing.<br />Incu : Terus naha tai ucing bet bau haseum?<br />Aki : Sabab ucing mikir, lamun taina kapangih ku anjing, si anjing bakal nyangka taina geus haseum jadi anjing moal daekeun ngahakan.<br />Incu : Ooooh kitu!!!!<br /><br />UCING JEUNG ANJING<br />By : Kusnadi<br /><br /><br /></span>blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5946647755007742588.post-23429641201918563662009-06-02T22:17:00.000+08:002012-07-31T20:42:31.282+08:00Cintaku Tak Mengenal Kesetiaan HatikuMenjauh dari kehidupan tak mungkin bisa ku lakukan<br/>Bila cinta dan kasih tak mungkin bisa ku hapuskan<br/>Kisah cinta yang pernah ku jalani<br/>Tak pernah terhapuskan oleh waktu<br/>Mungkin kesetiaanku tak mampu tuk yakinkan cintaku<br/>Meski t’lah ku coba tuk meyakinkannya<br/>Bahwa di hati s’lalu tertulis nama sang pujangga<br/>Mungkin ku tak mampu tuk setia menanti dan menjaga hati<span class="fullpost"><a name='more'></a><br/>Namun ku kan mampu setia hidup<br/>Bersama bayangan dan kenangan yang tertulis di dalam luka jiwaku<br/>Namun ku s’lalu menyadari<br/>Tak mungkin ku mampu hidup tanpa ada bayang mu di peluku<br/>Sadar dan menyadari arti cinta yang ku miliki<br/>Hanya sebatas menyimpan luka yang mendalam di hati<br/>Wajah yang ku miliki tak mungkin bisa tuk ia cintai<br/>Sikap yang ada di hati tak mungkin bisa tuk ia apresiasi<br/>Yang mungkin bisa ia lakukan<br/>Hanyalah pergi dari hati<br/>Kisah nyata diantara kesedihan<br/>Meninggalkan cinta dan kasih sayang yang begitu dalam<br/>Karena cinta pertama hanya ku berikan tuk ia seorang<br/>Sang kekasih hati ”Pingki”</span><br/><br/>CINTAKU TAK MENGENAL KESETIAAN HATIKU<br/>Wa-one’k (”SASAMA”)blogsmartcampzhttp://www.blogger.com/profile/07334766961150466212noreply@blogger.com0