Kemiskinan masih merupakan salah satu faktor penyebab terpuruknya pendidikan di Indonesia. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mana kemiskinan berpengaruh terhadap ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya sehingga banyak anak usia sekolah yang putus sekolah, sekarang kemiskinan justru berpengaruh terhadap kualitas para guru sebagai pendidik.
Dengan beberapa programnya, seperti BOS, pemerintah bisa dikatakan berhasil dalam upaya mengatasi ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Tapi untuk masalah peningkatan kualitas guru, program yang dilakukan pemerintah rasanya tidak bisa dikatakan berhasil atau bahkan bisa dikatakan gagal.
Adanya penghargaan pemerintah terhadap beberapa guru yang dianggap teladan, memperlihatkan kurangnya kualitas para guru yang ada di Indonesia . Karena untuk memperoleh predikat sebagai guru teladan harus memenuhi criteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah dan tidak mungkin ditunjuk langsung. Dan dari sekian banyak guru yang ada di Indonesia hanya beberapa orang guru saja yang memenuhi criteria tersebut, padahal idealnya semua guru bisa memenuhi criteria tersebut bila mutu pendidikan di Negara kita ingin lebih maju.
Dalam pendidikan sekarang, profesi guru mengalami alih fungsi, yang seharusnya guru bertugas mendidik dan mengembangkan fotensi yang dimiliki anak supaya menjadi lebih baik, justru guru itu malah dianggap sebagai mata pencaharian. Sehingga begitu banyak orang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk menjadi seorang guru. Ini diperkuat dengan semakin dimanjakannya para guru dengan berbagai program pemerintah untuk para guru tanpa meninjau kemampuan dan keberhasilan para guru dalam mengajar.
Lebih ironisnya lagi, bagi guru terutama yang sudah menjadi pegawai negeri meskipun satu hari, dua hari atau bahkan sebulan penuh tidak melaksanakan tugasnya, mereka tetap mendapatkan gaji dan bahkan tidak pernah ada potongan gaji bagi mereka yang tidak menjalankan tugasnya tersebut. Hal ini manjadikan berkurangnya rasa tanggung jawa dalam diri para guru, sehingga ada guru yang merasa telah menjalankan tugasnya dengan hanya memberikan tugas kepada para siswa. Dan lebih parahnya lagi banyak guru yang meninggalkan tugas mengajar mereka hanya untuk malaksanakan kepentingan mereka sendiri.
Tidak adanya rasa tanggung jawab dalam diri guru dengan meninggalkan tugas dan kewajiban mereka sebagai guru, sangat berpengaruh terhadap siswa. Maka jangan heran ketika melihat banyak pelajar yang melanggar norma dan tidak bermoral, karena gurunya sendiri yang seharusnya menjadi teladan bagi para siswa, secara tidak langsung telah mencontohkan kepada mereka untuk berbuat seperti itu.
Bagi para guru di Indonesia mari kita bersama mengkaji dan memahami kembali tugas dan kewajiban kita sebagai guru, apakah sudah terlaksa atau justru yang kita lakukan selama ini hanya sebagia kecil saja dari tugas dan kewajiban kita. Mari kita kaji dan fahami kembali fungsi dan tujuan pendidikan, apakah pendidikan yang kita jalankan sudah sesuai dengan fungsinya? dan apakah tujuan pendidikan sudah dapat kita capai? Kita sebagai guru jangan sampai menganggap profesi kita sebagai mata pencaharian semata, sehingga kita hanya menunggu pergantian bulan saja untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan kita sebagai guru jangan sampai hanya menjadi bomerang bagi pendidikan di negeri ini.
Wallahu a’lam……
Guru Bukanlah Mata Pencaharian
Written By blogsmartcampz on May 29, 2009 | 10:35:00 PM
Labels:
Main Article,
Pendidikan
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !