Kondisi sekarang semakin parah dengan adanya idiologi pragmatisme yang dipegang oleh partai-partai teramsuk partai Islam. Dalam situasi politik yang didominasi kepentingan sesaat seperti sekarang, bukan persoalan mudah untuk tidak tergiring dalam arus pragmatisme. Apalagi jika orang-orang yang menjadi anggota partai politik Islam tidak memiliki tameng diri yang kuat.
Namun, bukan berarti itu tidak bisa dihindari oleh partai-partai Islam. Caranya, partai-partai harus kembali mamahami asas perjuangannya yakni islam dan cita-cita islam itu sendiri bagaimana harus diterapkan. Partai islam harus lantang menolak UU yang lahir dari sekulerisme dan bertentangan dengan islam. Partai islam harus terus melakukan koreksi terhadap kebijakan keliru penguasa (Muhasabah hukkam). Para anggota partai Islam harus ingat betul mereka berjuang untuk islam sehingga mereka bergabung dengan partai Islam. Jangan sampai terbalik, dengan dalih Islam, mereka berebut mencari penghidupan dengan duduk menjadi wakil rakyat, setelah itu lupa tujuan pembentukan partai islam itu sendiri.
Karenanya, jika partai-partai islam ingin meraih dukungan yang signifikan, tidak ada jalan lain, mereka harus mendefinisikan dirinya kembali sebagai partai Islam sesungguhnya bukan sekedar nama belaka. Posisi abu-abu yang selama ini mendominasi harus segera disingkirkan. Jatidiri sebagai partai islam sejati harus ditunjukkan. Tegas menyatakan yang benar sebagai benar dan salah sebagai salah. Jadikan parlemen sebagai mimbar dakwah. Konsekuensinya berbagai hal yang bertentangan dengan syariah Islam akan ditentangnya.
Kini saatnya partai-partai islam meniti jalan Islam yang sesungguhnya, sesuai khittahnya sebagai partai pembawa suara islam (Shaut al- Islam), bukan sekedar basa-basi.
* * *
[Ibnu Khaldun Aljabari, Pend Sejarah 3/2/2009]
Melepaskan Pragmatisme
Written By blogsmartcampz on April 3, 2009 | 3:23:00 PM
Labels:
Main Article,
Politik
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !